Misteri Pan American Highway yang Terputus: Mengapa Celah Darien Jadi Momok Penghubung Dua Benua? Ini Fakta dan Sejarah Kelamnya

Perjalanan melintasi Celah Darien bukanlah petualangan alam yang santai dan menenangkan

Terlepas dari seberapa siapnya seseorang menghadapi tantangan Celah Darien, kelangsungan hidup pada akhirnya sangat bergantung pada keberuntungan. Di sana, para pelancong tidak akan menemukan kota dengan infrastruktur yang memadai di mana mereka dapat beristirahat di hotel dan mempersiapkan diri untuk hari berikutnya. Di beberapa lokasi terpencil di dalam hutan, mereka mungkin menemukan kamp-kamp sederhana yang menawarkan platform kayu untuk mendirikan tenda, pancuran ember, toilet seadanya, dan bahkan sepiring nasi dan kacang.

Namun, semua fasilitas ini memiliki harga. Misalnya, akses internet melalui WiFi dapat berharga hingga 2 Dolar Amerika Serikat atau sekitar 31.000 Rupiah Indonesia (tiga puluh satu ribu Rupiah Indonesia) per jam. Harga ini mungkin tampak terjangkau mengingat tidak adanya layanan telepon seluler di sepanjang jalur tersebut, membuat para pejalan kaki hampir kehilangan kontak dengan dunia luar.

Bayangkan hutan hujan lebat dengan medan yang curam dan berlumpur. Jalur pendakian dipenuhi dengan batu-batu besar dan tanaman merambat berduri tajam. Rute ini menanjak curam melewati pegunungan, menjadi tantangan berat bahkan bagi individu dengan kondisi fisik prima. Daerah ini juga sering dilanda hujan lebat yang dapat menyebabkan tanah longsor, banjir bandang, dan kondisi jalan yang sangat berlumpur. Situasi ini menjadi sangat ekstrem sehingga pakaian dan wajah para penyeberang seringkali tertutup lumpur tebal.

Para pejalan kaki juga harus menyeberangi banyak sungai dengan arus yang deras. Seorang ayah asal Venezuela yang baru-baru ini melewati Celah Darien bersama kedua anaknya menceritakan bahwa sepatu mereka robek pada hari pertama perjalanan, menunjukkan betapa kuatnya arus sungai di wilayah tersebut. Kedalaman sungai juga bervariasi, terkadang mencapai bahu orang dewasa.

Bahaya di Celah Darien bukanlah fenomena baru. Selama berabad-abad, wilayah ini dianggap mustahil untuk diseberangi. Orang-orang Eropa pertama yang menjelajahi Amerika Latin menganggapnya sebagai semacam “sekolah pelatihan hutan,” menyadari sepenuhnya bahaya yang ada. Meskipun demikian, banyak petualang yang mencoba menyeberangi wilayah ini di tahun-tahun berikutnya.

Pada tahun 1854, sebuah ekspedisi dilaporkan menghilang selama 49 hari di hutan, berjuang melawan kelaparan dan kelelahan. Kemudian, pada tahun 1870, sekelompok yang terdiri dari 100 orang mencoba menyeberangi Celah Darien. Meskipun mereka telah mempersiapkan diri dengan baik dan membawa peralatan canggih pada masanya, mereka tetap menderita hebat selama perjalanan, harus mengandalkan ketahanan fisik dan mental yang luar biasa untuk bertahan hidup.

Selama bertahun-tahun, orang-orang yang nekat memasuki Celah Darien seringkali berakhir dengan kematian akibat kelaparan, dehidrasi, atau bahkan tenggelam di sungai. Mereka juga menghadapi risiko serangan dari hewan-hewan berbahaya seperti jaguar, pekari berbibir putih, dan ular fer-de-lance, ular berbisa yang cepat dan agresif, serta salah satu yang paling mematikan di dunia. Daerah ini juga dipenuhi dengan nyamuk yang dapat menyebarkan berbagai penyakit serius.

Halaman: 1 2 3
Rekomendasi