Youtuber Fitra Eri Akui Kekuatan Mobil Cina yang Kini Merajalela di Indonesia, Simak Ulasan Tajamnya!

Fitra Eri dan Helmy Yahya

BERITATERBERITA – Dunia otomotif Tanah Air dikejutkan oleh fenomena masif yang tak terduga: serbuan mobil listrik dari Negeri Tirai Bambu.

Prediksi sebelumnya meleset jauh, dan kini, mobil-mobil bertenaga baterai buatan Cina mendominasi pasar, bahkan mengungguli merek-merek mapan dari Eropa dan Jepang.

Fenomena ini memicu diskusi hangat di kalangan pecinta otomotif, salah satunya YouTuber Fitra Eri, seorang pengamat dan pelaku industri yang dikenal tajam dalam memberikan analisis.

Fitra Eri, dalam sebuah perbincangan santai namun mendalam, mengungkapkan pandangannya mengenai invasi mobil listrik Cina ke Indonesia.

Ia mengakui bahwa perkiraannya dahulu keliru, di mana ia meyakini bahwa mobil listrik tidak akan merajai pasar setidaknya hingga tahun 2030.

Namun, kenyataan berkata lain. Aturan yang diharapkan dapat melindungi produsen dari Eropa dan Jepang nyatanya tidak mampu membendung gelombang mobil listrik dengan fitur lengkap, kualitas mumpuni, dan harga yang jauh lebih kompetitif dari Cina.

Kekhawatiran melanda pabrikan Eropa dan Jepang yang merasa kesulitan menandingi kualitas dan harga mobil listrik Cina.

Bahkan, merek sekelas Porsche dikabarkan rela merugi hingga 851 juta Dolar Amerika Serikat atau setara dengan lebih dari 13 triliun Rupiah Indonesia demi kembali fokus pada pengembangan mobil dengan mesin pembakaran internal.

Keputusan ini menjadi bukti betapa disruptifnya kehadiran mobil listrik Cina di pasar global.

Perubahan strategi juga dilakukan oleh pabrikan Eropa lainnya yang sebelumnya berencana sepenuhnya beralih ke mobil listrik pada tahun 2030.

Mereka kini menunda target tersebut tanpa batas waktu yang jelas, menyadari ketidakmampuan mereka untuk bersaing dengan segmen mobil listrik Cina. Sementara itu, Honda dan Toyota dari Jepang memilih untuk tetap mengembangkan mobil hybrid dan hidrogen sebagai alternatif.

Dominasi mobil listrik Cina di Indonesia semakin nyata terlihat dari data penjualan. Dari sepuluh besar mobil listrik terlaris, tujuh hingga delapan di antaranya adalah merek asal Cina. Hanya Hyundai dari Korea Selatan yang mampu memberikan perlawanan sengit.

Kondisi ini menunjukkan betapa cepatnya adaptasi dan penerimaan masyarakat Indonesia terhadap mobil listrik buatan Cina.

Lantas, bagaimana Cina yang dulunya dipandang sebelah mata kini mampu menguasai pasar mobil listrik? Fitra Eri menjelaskan bahwa sekitar 20 tahun lalu, fokus utama produsen mobil Cina adalah menciptakan mobil murah untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang ekonominya belum begitu kuat.

Namun, persaingan ketat di antara puluhan merek mobil di Cina saat ini telah mendorong mereka untuk meningkatkan kualitas produk secara signifikan.

Selain itu, biaya tenaga kerja yang relatif rendah dan dukungan insentif dari pemerintah Cina untuk ekspor juga menjadi faktor kunci keberhasilan mereka.

Negara-negara pengimpor, termasuk Indonesia, juga memberikan insentif yang semakin mempermudah penetrasi pasar mobil listrik Cina. Alhasil, mobil listrik dengan efisiensi tinggi dan harga terjangkau berhasil membanjiri pasar.

Fakta terbaru menunjukkan bahwa di Cina saja terdapat 168 merek mobil listrik yang saling berkompetisi. Persaingan yang sengit ini akan terus memacu inovasi dan efisiensi produksi, sehingga mobil listrik buatan Cina akan semakin unggul di masa depan.

Ketika mereka berhasil memenangkan persaingan di pasar domestik, ditambah lagi dengan insentif ekspor, maka tidak heran jika mobil listrik mereka menjadi pilihan menarik di pasar global.

Fitra Eri juga menyoroti program “Made in China 2025” yang dicanangkan oleh pemerintah Cina beberapa tahun lalu.

Tujuan dari program ini yaitu untuk mengubah citra produk Cina dari murah dan berkualitas rendah menjadi produk unggulan yang mampu bersaing di kancah internasional. Hasilnya kini terlihat jelas, di mana merek-merek seperti BYD, Zeekr, dan bahkan Xiaomi berhasil menciptakan mobil listrik yang tidak hanya canggih tetapi juga memiliki desain yang menarik.

Cina yang telah berhasil dalam industri mobil listrik juga tidak lepas dari strategi mereka dalam mengakuisisi talenta-talenta terbaik dari merek-merek mapan dunia.

Fitra Eri mencontohkan bagaimana desainer Audi kini bekerja untuk salah satu produsen mobil listrik Cina. Dengan sumber daya finansial yang besar, mereka mampu merekrut para ahli yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mendalam di industri otomotif.

Meskipun demikian, Cina masih memiliki tantangan dalam teknologi mesin pembakaran internal. Mobil-mobil bensin dan diesel, terutama mobil sport dengan performa tinggi, masih menjadi keunggulan pabrikan di luar Cina.

Tetapi pada akhirnya jika Fitra Eri meyakini bahwa ini hanyalah masalah waktu sebelum Cina mampu menguasai teknologi tersebut dengan mengakuisisi para ahli di bidangnya.

Sebagai seorang pecinta otomotif, Fitra Eri berharap bahwa masa depan industri ini akan menawarkan lebih banyak pilihan bagi konsumen, bukan hanya didominasi oleh mobil listrik Cina.

Ia melihat akuisisi merek-merek Eropa seperti Volvo dan sebagian saham VW oleh pabrikan Cina sebagai sinyal perubahan lanskap otomotif global.

Fitra Eri menekankan pentingnya pabrikan lain untuk meniru strategi Cina agar tetap bertahan dan memberikan variasi pilihan kepada konsumen.

Ia juga menyinggung potensi Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasok industri mobil listrik, terutama dalam hal penyediaan baterai nikel, meskipun ia menyarankan agar Indonesia terlebih dahulu membenahi proses bisnis di dalam negeri.

Mengenai prospek mobil listrik di Indonesia, Fitra Eri menjelaskan bahwa regulasi pemerintah memegang peranan penting.

Kebijakan yang memberikan kemudahan bagi merek baru untuk masuk ke pasar Indonesia, meskipun sempat dikeluhkan oleh pemain lama seperti Hyundai, pada akhirnya mempercepat adopsi mobil listrik di Tanah Air.

Ia berharap pemerintah dapat terus menciptakan regulasi yang adil bagi semua pihak demi terciptanya industri otomotif yang sehat dan kompetitif. (Red)

Sumber: Youtube/Helmy Yahya Bicara

Rekomendasi