Zelensky Blak-blakan Soal Kondisi Kesehatan Putin: Sebut Ajal Presiden Rusia itu Sudah Dekat

Zelensky dan Macron (Foto: Ist)

BERITATERBERITA – Komentar pedas dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, baru-baru ini mencuat dalam sebuah wawancara dengan sejumlah wartawan di Paris, Prancis.

Pernyataan tersebut disampaikan setelah pertemuan penting antara Zelensky dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang berlangsung pada Rabu, 26 Maret 2025.

Dalam wawancara tersebut, presiden Ukraina yang berusia empat puluh tujuh tahun ini secara terbuka memohon kepada Amerika Serikat untuk “tetap teguh” dalam dukungannya terhadap Ukraina dan tidak menyerah pada tuntutan yang diajukan oleh Moskow.

Zelensky bahkan secara eksplisit menyatakan keyakinannya mengenai kondisi kesehatan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan mengatakan, “Dia [Putin] akan segera meninggal, dan itu adalah fakta, dan ini akan segera berakhir.”

Rumor mengenai kondisi kesehatan pemimpin Rusia yang dikabarkan memburuk memang telah beredar luas selama bertahun-tahun. Putin sering terlihat di depan publik dengan wajah yang tampak bengkak, mata yang terlihat merah, mengalami tremor, serta gerakan kaki yang tidak terkontrol.

Selain itu, dalam beberapa kesempatan, Putin juga tertangkap kamera sedang berjalan dengan sedikit terpincang-pincang, yang semakin memicu spekulasi mengenai kesehatannya.

Bahkan, baru pada minggu lalu dilaporkan bahwa Putin, yang kini berusia tujuh puluh dua tahun, diduga mengalami “stroke ringan” setelah ia terlihat gemetar hebat dan tidak terkendali selama berlangsungnya sebuah konferensi penting.

Salah satu insiden yang sangat terkenal dan menjadi sorotan publik terjadi pada tahun dua ribu dua puluh dua lalu. Saat itu, sang presiden terlihat membungkuk di kursinya sambil mencengkeram meja dengan erat dan mengucapkan kata-kata yang tidak jelas dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu.

Terdapat pula berbagai klaim yang belum terverifikasi mengenai kemungkinan Putin menderita penyakit serius seperti kanker dan penyakit Parkinson. Namun, hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi mengenai hal tersebut.

Selama pertemuan dengan Macron kemarin, Zelensky juga mengungkapkan keyakinannya bahwa Putin sedang berupaya untuk “memecah belah Uni Eropa dari dalam”, merujuk pada posisi negara Hongaria yang cenderung berpihak pada Rusia dalam beberapa isu.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan setelah pembicaraan bilateral tersebut, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menyatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian Eropa yang ditempatkan di Ukraina memiliki kemampuan untuk “merespons” jika Rusia melancarkan serangan baru.

“Jika terjadi lagi agresi umum terhadap wilayah Ukraina, pasukan ini akan diserang dan itu adalah kerangka kerja keterlibatan kami yang biasa,” tegas Macron.

Ia menambahkan, “Tentara kami, ketika mereka terlibat dan dikerahkan, ada di sana untuk bereaksi dan merespons keputusan panglima tertinggi dan, jika mereka berada dalam situasi konflik, untuk meresponsnya.”

Macron, bersama dengan Zelensky, dijadwalkan untuk menyambut para pemimpin Eropa lainnya pada hari ini di Istana Elysee, kediaman resmi presiden Prancis.

Pertemuan ini bertujuan untuk kembali membahas berbagai cara untuk membantu Ukraina jika terjadi gencatan senjata permanen, termasuk kemungkinan pengerahan pasukan penjaga perdamaian di lapangan untuk mewujudkan perdamaian.

Di sisi lain, pemerintahan Donald Trump di Amerika Serikat menunjukkan kurangnya antusiasme publik terhadap diskusi-diskusi koalisi mengenai potensi pengiriman pasukan ke Ukraina setelah gencatan senjata tercapai.

Bahkan, utusan khusus presiden AS, Steve Witkoff, secara terbuka menepis gagasan mengenai pengiriman pasukan ke Eropa atau bahkan perlunya kehadiran pasukan di sana.

Para pejabat Eropa sendiri berpendapat bahwa di bawah kesepakatan damai apa pun yang mungkin tercapai, garis pertahanan pertama Ukraina terhadap potensi agresi Rusia di masa depan adalah tentara Ukraina itu sendiri.

Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara terus bergerak maju dengan apa yang mereka sebut sebagai “strategi landak” yang tujuannya untuk menjadikan Ukraina menjadi lebih sulit ditembus oleh Rusia, terutama melalui upaya dalam penguatan angkatan bersenjata dan industri pertahanannya.

Inggris juga telah menjanjikan bantuan militer yang berkelanjutan kepada Ukraina, memastikan bahwa negara tersebut memiliki kemampuan untuk terus bertempur jika perundingan damai mengalami kegagalan atau jika gencatan senjata yang telah disepakati dilanggar oleh pihak Rusia.

Bentuk dukungan konkret, Macron mengumumkan sebuah paket bantuan pertahanan baru untuk Ukraina yang menurutnya bernilai 2 miliar Euro. atau setara sekitar 32 Triliun Rupiah.

Bantuan ini akan mencakup berbagai jenis peralatan militer, termasuk tank-tank ringan, rudal-rudal pertahanan udara dan anti-tank, serta persenjataan dan dukungan logistik lainnya. (Red)

Rekomendasi