
Semua penderita berhasil mendapatkan penanganan medis yang tepat dan sembuh dari penyakit tersebut. Hal ini menunjukkan respons yang baik dari sistem pelayanan kesehatan di Kota Pasuruan dalam menangani kasus DBD.
Untuk menekan angka temuan kasus DBD, Dinkes Kota Pasuruan terus berupaya secara maksimal melalui berbagai program pencegahan. Salah satu program andalan mereka adalah program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik).
Setiap jumantik memiliki tanggung jawab untuk secara rutin melakukan pengawasan dan pemberantasan jentik nyamuk di setiap rumah warga. Program ini melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pencegahan DBD.
Selain program jumantik, Dinkes Kota Pasuruan juga mengintensifkan program 3M Plus, yang meliputi menguras tempat penampungan air, membuang barang-barang bekas yang berpotensi menampung air, mengubur barang-barang bekas, dan menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang sulit dikuras.
Program 3M Plus ini merupakan langkah preventif yang efektif dalam memutus mata rantai penyebaran virus DBD dan mencegah nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
Dokter Shierly berharap agar dengan langkah-langkah pencegahan yang terus digencarkan ini, kasus DBD di Kota Pasuruan dapat segera terkendali dan tidak terus meningkat. Kesadaran dan partisipasi aktif dari seluruh warga Kota
Pasuruan sangat dibutuhkan dalam memberantas sarang nyamuk penyebab Demam Berdarah ini. Upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menanggulangi masalah kesehatan yang serius ini.
Fokus utama berita ini adalah lonjakan kasus Demam Berdarah (DBD) yang terjadi di Kota Pasuruan pada awal tahun 2025. Peningkatan kasus ini sangat signifikan dibandingkan dengan total kasus selama tahun 2024.