
Pernyataan ini menambah ketegangan yang sudah ada antara kedua negara. Konflik yang berkepanjangan ini terus menimbulkan kekhawatiran global.
“Mereka mengulur-ulur pembicaraan dan mencoba membuat AS terjebak dalam diskusi tanpa akhir dan tidak berguna tentang ‘kondisi’ palsu hanya untuk mengulur waktu dan kemudian mencoba merebut lebih banyak wilayah,” ujar Zelenskyy pada Kamis lalu saat berkunjung ke Paris.
Pernyataan ini menyoroti betapa sulitnya mencapai kesepakatan damai antara kedua negara.
Kedua belah pihak, Rusia dan Ukraina, telah meningkatkan serangan udara mereka.
Eskalasi ini terjadi bahkan ketika Presiden AS Donald Trump mendorong kedua negara untuk menyetujui gencatan senjata setelah lebih dari tiga tahun pertempuran sengit.
Upaya mediasi internasional terus dilakukan untuk menghentikan konflik yang telah banyak menelan korban jiwa.
Rusia dan Ukraina saling menuduh melanggar komitmen untuk tidak menyerang fasilitas energi.
Tuduhan ini menunjukkan betapa rapuhnya kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
Konflik ini terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda akan segera berakhir.
Zelenskyy juga menolak gagasan Putin tentang “administrasi transisi” yang didukung oleh PBB di Ukraina.
Ia menyebut gagasan tersebut sebagai taktik terbaru Putin untuk menunda kesepakatan damai.
Penolakan ini semakin memperburuk hubungan antara kedua negara dan mempersulit upaya penyelesaian konflik. (Red)