Gempa Myanmar dan Thailand: Korban Tewas Melonjak, Gencatan Senjata Diumumkan di Tengah Perang Sipil

Upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan di berbagai wilayah yang terdampak, namun tantangan besar menghadang para petugas di lapangan (Foto: News Central)

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 3 juta orang telah mengungsi akibat pertempuran, dan hampir 20 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Situasi ini menciptakan tantangan logistik yang sangat besar dalam menyalurkan bantuan kepada para korban gempa.

Perpaduan antara politik dan bencana alam terlihat jelas pada Sabtu malam, ketika Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar, yang merupakan pemerintahan bayangan, mengumumkan gencatan senjata sepihak sebagian untuk memfasilitasi upaya bantuan gempa bumi.

Langkah ini diambil di tengah sulitnya akses bantuan ke wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pihak oposisi.

NUG menyatakan bahwa sayap bersenjatanya, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), akan memberlakukan jeda selama dua minggu dalam operasi militer ofensif mulai hari Minggu di daerah-daerah yang terkena dampak gempa.

Mereka juga akan berkolaborasi dengan PBB dan organisasi non-pemerintah internasional untuk “memastikan keamanan, transportasi, dan pendirian kamp-kamp penyelamatan dan medis sementara” di wilayah-wilayah yang mereka kuasai.

Tawaran gencatan senjata ini diharapkan dapat membuka jalan bagi masuknya bantuan kemanusiaan.

Organisasi perlawanan tersebut menegaskan bahwa mereka tetap berhak untuk melawan jika diserang.

Meskipun menawarkan gencatan senjata, mereka tetap waspada terhadap potensi serangan dari pihak militer.

Situasi politik yang kompleks di Myanmar menambah kerumitan dalam upaya penanggulangan bencana ini.

Gempa bumi tersebut terjadi pada siang hari Jumat dengan pusat gempa tidak jauh dari Mandalay.

Setelah gempa utama, tercatat beberapa gempa susulan, termasuk satu gempa berkekuatan 6,4 magnitudo.

Guncangan kuat ini menyebabkan banyak bangunan di berbagai wilayah roboh, jalan-jalan retak, dan jembatan runtuh.

Kerusakan infrastruktur yang meluas ini semakin memperparah kondisi para korban dan menghambat upaya penyelamatan.

Di Naypyitaw, tim penyelamat bekerja keras pada hari Sabtu untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak.

Namun, layanan listrik, telepon, dan internet masih padam di sebagian besar kota. Gempa bumi ini merobohkan banyak bangunan, termasuk beberapa unit yang merupakan tempat tinggal pegawai negeri sipil.

Namun, area tersebut ditutup oleh pihak berwenang pada hari Sabtu.

Informasi mengenai jumlah korban di Naypyitaw masih terbatas akibat akses yang sulit.

Sebuah laporan awal mengenai upaya bantuan gempa bumi yang dikeluarkan pada hari Sabtu oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan bahwa mereka mengalokasikan $5 juta dari Dana Tanggap Darurat Pusat untuk “bantuan penyelamatan jiwa.”

Dana ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan mendesak para korban gempa.

Langkah-langkah awal yang direncanakan termasuk konvoi 17 truk kargo yang membawa bantuan tempat tinggal dan pasokan medis penting dari Tiongkok.

Konvoi ini diperkirakan akan tiba pada hari Minggu. Bantuan dari berbagai negara terus berdatangan untuk meringankan beban para korban.

OCHA juga mencatat adanya kerusakan parah atau kehancuran banyak fasilitas kesehatan.

Mereka memperingatkan tentang “kekurangan pasokan medis yang parah yang menghambat upaya penyelamatan, termasuk trauma kit, kantong darah, anestesi, alat bantu, obat-obatan esensial, dan tenda untuk petugas kesehatan.”

Kebutuhan medis mendesak sangat diperlukan untuk menangani ribuan korban luka-luka.

Teman dan negara tetangga Myanmar telah mengirimkan personel penyelamat dan bantuan kemanusiaan.

Tiongkok dan Rusia, yang merupakan pemasok senjata terbesar bagi militer Myanmar, termasuk di antara negara-negara pertama yang memberikan bantuan kemanusiaan.

Solidaritas internasional sangat dibutuhkan dalam situasi krisis ini.

Di negara yang pemerintahannya terkadang lambat menerima bantuan asing, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kepala pemerintahan militer Myanmar, menyatakan bahwa Myanmar siap menerima bantuan dari luar.

Halaman: 1 2 3
Rekomendasi