Jangan Remehkan Orang Sederhana: Kisah Uwais Al-Qarni dan Keutamaan yang Luar Biasa di Sisi Allah!

Ia adalah seorang yang miskin, namun memiliki keistimewaan yang luar biasa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala (Foto: Ilustrasi, Freepik)

BERITATERBERITA – Di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, hiduplah seorang pemuda sederhana yang tinggal jauh dari Madinah, tepatnya di Yaman.

Meskipun hidup sezaman dengan Nabi, pemuda ini tidak pernah bertemu langsung dengan beliau.

Ia adalah seorang yang miskin, namun memiliki keistimewaan yang luar biasa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pemuda ini bernama Uwais al-Qarni, sosok yang mungkin tidak dikenal oleh banyak penduduk bumi, tetapi sangat masyhur di kalangan penduduk langit.

Kisahnya menjadi inspirasi abadi tentang keutamaan berbakti kepada orang tua dan kesederhanaan hidup.

Uwais al-Qarni digambarkan sebagai pemuda yang tampan, bermata biru, berambut merah, dengan dada bidang dan kulit kemerah-merahan.

Namun, penampilannya sangat sederhana, bahkan cenderung kumal karena hanya memiliki dua helai pakaian yang dipakai bergantian hingga lusuh.

Masyarakat di sekitarnya tidak menghiraukannya, bahkan seringkali menjadikannya bahan tertawaan, mengejek, menghina, dan mengolok-oloknya sebagai orang gila atau pencuri.

Mereka tidak menyadari bahwa pemuda ini adalah seorang wali Allah, kekasih Allah yang sangat saleh.

Andai saja mereka tahu bahwa doanya pasti dikabulkan, niscaya mereka akan mendatanginya dengan merangkak untuk memohon doa.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri yang memberikan gelar istimewa kepada Uwais al-Qarni: “Pemuda yang tidak dikenal oleh penduduk bumi, tetapi sangat dikenal oleh para penduduk langit.”

Beliau juga bersabda bahwa kelak di hari kiamat, ketika ahli ibadah dipanggil masuk surga, Uwais akan diminta menunggu di depan pintu surga untuk memberikan syafaat kepada orang lain.

Ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan Uwais di sisi Allah, meskipun ia tidak pernah bertemu dengan Rasulullah secara fisik.

Uwais al-Qarni adalah seorang anak yatim yang tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan renta.

Untuk menafkahi ibunya, ia bekerja sebagai penggembala kambing.

Meskipun sibuk bekerja dan merawat ibunya, Uwais tidak pernah lalai dalam beribadah.

Siang harinya ia berpuasa, dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah.

Suatu hari, seseorang dari Kufah datang ingin memberikan dua lembar pakaian kepada Uwais karena merasa kasihan dengan kehidupannya.

Namun, Uwais menolak pemberian itu dengan halus.

Halaman: 1 2 3 4
Rekomendasi