
BERITATERBERITA – Di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, hiduplah seorang pemuda sederhana yang tinggal jauh dari Madinah, tepatnya di Yaman.
Meskipun hidup sezaman dengan Nabi, pemuda ini tidak pernah bertemu langsung dengan beliau.
Ia adalah seorang yang miskin, namun memiliki keistimewaan yang luar biasa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Pemuda ini bernama Uwais al-Qarni, sosok yang mungkin tidak dikenal oleh banyak penduduk bumi, tetapi sangat masyhur di kalangan penduduk langit.
Kisahnya menjadi inspirasi abadi tentang keutamaan berbakti kepada orang tua dan kesederhanaan hidup.
Uwais al-Qarni digambarkan sebagai pemuda yang tampan, bermata biru, berambut merah, dengan dada bidang dan kulit kemerah-merahan.
Namun, penampilannya sangat sederhana, bahkan cenderung kumal karena hanya memiliki dua helai pakaian yang dipakai bergantian hingga lusuh.
Masyarakat di sekitarnya tidak menghiraukannya, bahkan seringkali menjadikannya bahan tertawaan, mengejek, menghina, dan mengolok-oloknya sebagai orang gila atau pencuri.
Mereka tidak menyadari bahwa pemuda ini adalah seorang wali Allah, kekasih Allah yang sangat saleh.
Andai saja mereka tahu bahwa doanya pasti dikabulkan, niscaya mereka akan mendatanginya dengan merangkak untuk memohon doa.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri yang memberikan gelar istimewa kepada Uwais al-Qarni: “Pemuda yang tidak dikenal oleh penduduk bumi, tetapi sangat dikenal oleh para penduduk langit.”
Beliau juga bersabda bahwa kelak di hari kiamat, ketika ahli ibadah dipanggil masuk surga, Uwais akan diminta menunggu di depan pintu surga untuk memberikan syafaat kepada orang lain.
Ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan Uwais di sisi Allah, meskipun ia tidak pernah bertemu dengan Rasulullah secara fisik.
Uwais al-Qarni adalah seorang anak yatim yang tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan renta.
Untuk menafkahi ibunya, ia bekerja sebagai penggembala kambing.
Meskipun sibuk bekerja dan merawat ibunya, Uwais tidak pernah lalai dalam beribadah.
Siang harinya ia berpuasa, dan malam harinya ia bermunajat kepada Allah.
Suatu hari, seseorang dari Kufah datang ingin memberikan dua lembar pakaian kepada Uwais karena merasa kasihan dengan kehidupannya.
Namun, Uwais menolak pemberian itu dengan halus.
Ia khawatir pakaian baru itu akan menimbulkan prasangka buruk di hati orang-orang sekitarnya yang sudah terbiasa melihatnya dalam kondisi sederhana.
Ketaatan dan kasih sayang Uwais kepada ibunya sangatlah luar biasa.
Ibunya yang sudah lumpuh dan penglihatannya mulai kabur dirawat dengan penuh perhatian dan kesabaran.
Ketika ajaran Islam sampai ke Yaman, Uwais segera memeluk agama yang mulia ini.
Ia sangat ingin bertemu dengan Rasulullah di Madinah dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.
Namun, keinginannya terhalang oleh dua hal: keterbatasan biaya dan kondisi ibunya yang membutuhkan perawatan tanpa henti.
Setiap kali ada orang Yaman yang pulang dari Madinah, Uwais selalu mendatangi mereka untuk mendengarkan nasihat dan ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah, yang semakin menambah kecintaan dan kerinduannya kepada Nabi.
Setelah melalui pertimbangan yang matang dan dengan izin ibunya yang penuh pengertian, Uwais akhirnya berangkat menuju Madinah.
Perjalanan sejauh 400 KM ditempuhnya dengan susah payah, melewati berbagai rintangan.
Namun, tekadnya untuk bertemu Rasulullah membuatnya tetap bersemangat.
Sesampainya di Madinah, Uwais langsung menuju rumah Rasulullah dan mengetuk pintu.
Namun, yang membukakan pintu bukanlah Rasulullah, melainkan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha.
Uwais menyampaikan maksud kedatangannya, tetapi ternyata Rasulullah sedang keluar memimpin kaum muslimin berjihad di jalan Allah.
Betapa kecewanya Uwais.
Namun, ia teringat pesan ibunya untuk segera kembali ke Yaman jika sudah sampai di Madinah.
Karena ketaatannya kepada ibundanya, Uwais memutuskan untuk tidak menunggu kedatangan Rasulullah dan segera kembali ke Yaman dengan berat hati.
Sekembalinya Rasulullah dari medan perang, beliau bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah, “Apakah ada orang yang datang dari jauh mencariku? Dia adalah seorang anak yatim yang sangat taat kepada ibundanya.
Dia adalah pemuda yang namanya tidak dikenal di bumi ini, tetapi sangat terkenal di langit sana.”
Ummul Mukminin Aisyah kemudian menceritakan tentang pemuda Yaman yang datang mencari Rasulullah tetapi segera pergi lagi karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan.
Rasulullah kemudian bersabda, “Apabila kalian berjumpa dengan orang itu, mintalah doa kepadanya dan mintalah istighfar kepadanya. Dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.”
Beliau juga menyebutkan ciri-ciri Uwais, yaitu memiliki tanda putih di telapak tangannya.
Bertahun-tahun kemudian, setelah Rasulullah wafat dan Umar bin Khattab menjadi khalifah, beliau teringat pesan Rasulullah tentang Uwais al-Qarni.
Umar bersama Ali bin Abi Thalib kemudian mencari Uwais di antara rombongan kafilah yang datang dari Yaman.
Setelah bertanya kepada setiap kafilah, akhirnya mereka menemukan Uwais, seorang pemuda sederhana yang sedang menjaga unta.
Umar dan Ali sangat gembira dapat bertemu dengan sosok yang begitu istimewa di sisi Allah.
Ketika Umar meminta Uwais untuk berdoa dan memohonkan ampunan untuk mereka, Uwais dengan rendah hati menjawab, “Justru seharusnya saya yang meminta doa dari tuan berdua, karena tuan berdua lebih dekat dengan Rasulullah.”
Namun, karena terus didesak, Uwais akhirnya mengangkat kedua tangannya dan berdoa untuk Umar dan Ali.
Dalam pertemuan itu, Uwais menceritakan bahwa ia tidak dapat menemui Rasulullah karena harus merawat ibunya yang sudah tua renta.
Inilah yang membuat Umar dan Ali menyadari betapa besar keutamaan Uwais di sisi Allah, karena ketaatannya kepada ibundanya.
Kisah Uwais al-Qarni juga menceritakan tentang pertolongannya yang ajaib kepada para pelaut yang kapalnya dihantam badai.
Dengan berdoa kepada Allah, Uwais menyelamatkan mereka dari bahaya.
Meskipun memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah, Uwais tetap hidup sederhana dan menolak pemberian harta dari khalifah Umar.
Ketika Uwais al-Qarni wafat, terjadi keajaiban yang luar biasa.
Meskipun ia adalah seorang yang tidak dikenal oleh banyak orang, namun jenazahnya dimandikan, dikafani, disalatkan, dan dimakamkan oleh banyak orang yang tidak dikenal, yang diyakini sebagai para malaikat yang diutus oleh Allah.
Penduduk Yaman baru menyadari siapa sebenarnya Uwais al-Qarni setelah wafatnya, seorang hamba Allah yang sangat dicintai karena baktinya kepada ibunda.
Kisah Uwais al-Qarni memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua tentang keutamaan berbakti kepada orang tua.
Meskipun Rasulullah adalah sosok yang paling mulia, Allah menunjukkan kepada kita keutamaan seorang anak yang sayang dan taat kepada ibunya.
Allah menjamin baginya tempat di surga, memberinya kesempatan untuk memberikan syafaat, dan bahkan Rasulullah mengirimkan salam kepadanya serta memerintahkan sahabat yang dijamin masuk surga untuk meminta doanya.
Semoga kita semua, keluarga kita, dan anak-anak kita menjadi orang-orang yang taat dan berbakti kepada orang tua, sehingga kita dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. (Iwan H)