Kesepian di Tengah Ramainya Sosmed, Ini Rahasia Pertemanan Sejati di Era Digital

Pengguna media sosial yang lebih aktif seringkali merasa lebih kesepian dan rentan terhadap depresi (Foto: Youtube/Nicole Schyns)

Jumlah teman dekat yang dimiliki seseorang bisa bervariasi.

Ada yang hanya memiliki beberapa teman dekat, sementara yang lain mungkin memiliki lingkaran pertemanan yang lebih luas.

Namun, satu hal yang pasti, memiliki hubungan yang kuat adalah kunci utama untuk meraih kebahagiaan jangka panjang.

“kelas kehidupan by 1%” menekankan bahwa di tengah fokus masyarakat modern terhadap uang, personal branding, dan popularitas di media sosial, penting untuk tidak melupakan esensi dari hubungan antarmanusia.

Memiliki teman yang suportif dan saling memahami adalah sebuah kemewahan dan berkah tersendiri.

Mencari teman sejati mungkin terasa lebih sulit daripada mencari uang.

Solusi untuk masalah keuangan relatif lebih mudah ditemukan melalui berbagai sumber belajar dan mentor.

Namun, membangun pertemanan yang tulus membutuhkan pemahaman psikologis yang mendalam.

Generasi muda saat ini tampaknya mengalami penurunan drastis dalam kemampuan menjalin dan mempertahankan pertemanan.

Hal ini menjadi pertanyaan besar, mengingat kemudahan koneksi yang ditawarkan oleh media sosial. “kelas kehidupan by 1%” merangkum empat faktor utama yang menyebabkan fenomena ini.

Faktor pertama adalah perubahan gaya hidup.

Kini, banyak orang lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton video, bermain media sosial, atau bermain game daripada berinteraksi langsung dengan orang lain.

Ketergantungan pada media sosial juga dapat memicu kecemasan dan perbandingan sosial yang negatif.

Faktor kedua adalah pergeseran nilai. Di era industrialisasi dan ekonomi digital, banyak orang lebih fokus pada tujuan pribadi, personal branding, dan pencapaian materi daripada membangun hubungan yang mendalam.

Interaksi personal seringkali digantikan oleh interaksi virtual.

Faktor ketiga adalah tekanan ekonomi. Kondisi ekonomi yang semakin sulit di berbagai negara, termasuk Indonesia, membuat banyak generasi muda menunda pernikahan dan fokus pada pekerjaan.

Akibatnya, waktu dan kesempatan untuk mencari teman juga berkurang.

Faktor keempat yang ironis adalah kurangnya waktu dan uang untuk bersosialisasi.

Halaman: 1 2 3
Rekomendasi