Siapa Dalang Sebenarnya?, Bongkar Identitas dan Motif Penembak Bung Karno Saat Salat Ied! (PART 2)

Terungkap bahwa upaya pembunuhan terhadap Soekarno ternyata pernah direncanakan sebelumnya (Foto: Youtube/Sejarah Seru)

Komisaris Mangil Martowijoyo, Komandan Pengawal Presiden saat itu, menyatakan bahwa terdapat tiga orang oknum penembak dalam kejadian tersebut.

Mereka berhasil masuk ke dalam area Istana Jakarta dengan menggunakan kartu undangan masuk yang diperoleh dari salah satu organisasi masyarakat (ormas).

Ketiga pelaku tersebut diidentifikasi sebagai Sanusi alias Fatah alias Kunci Sanusi Fikrat alias Sanusi Ufit, kemudian Kamil alias Harun bin Karta, serta Jaya Permana Embun alias Hidayat bin Mustafa.

Dari hasil pemeriksaan terhadap Sanusi, terungkap bahwa upaya pembunuhan terhadap Soekarno ternyata pernah direncanakan sebelumnya, yaitu saat Hari Raya Idul Fitri pada tanggal 9 Maret 1962.

Pada waktu itu, Sanusi bertemu dengan seorang kenalan lamanya bernama Kadri.

Kadri kemudian mengajak Sanusi ke rumah Haji Mahfud di daerah Matraman Belakang, Jakarta.

Di sana, Sanusi melihat sembilan anggota DI/TII yang telah mendapatkan perintah untuk membunuh Soekarno pada Hari Raya Idul Fitri.

Kesembilan orang tersebut adalah Dahlia, Harun, Abuddin, Kadri, Hidayat, Kholil, Hamdan, Anwar, dan Idin.

Abuddin kemudian memperlihatkan senjata yang akan digunakan, berupa dua pucuk senapan cargo stov 5, pistol, dan satu buah granat.

“Ini adalah senjata kalian untuk habisi Soekarno. Soekarno harus mati! Ini perintah dari Imam Besar Kartosuwiryo,” ujar Abuddin kepada rekan-rekan komplotannya.

Dua hari setelah pertemuan tersebut, mereka pergi menemui Jaya Permana yang memberikan tempat menginap kepada beberapa anggota DI/TII.

Di pondokan tersebut, Sanusi mendengar percekcokan antara Hidayat, Idin, dan Dahlia yang dituduh menghianati Jaya, Anwar, dan Kholil sehingga akhirnya mereka tertangkap oleh pasukan pemerintah.

Penangkapan inilah yang menyebabkan rencana pembunuhan Bung Karno di Hari Raya Idul Fitri menjadi gagal.

Abuddin kemudian melaporkan kegagalan rencana pembunuhan tersebut kepada Marjuk bin Ahmad alias M.D. Nugraha alias Jiwa Praja, seorang pemimpin DI/TII yang berdomisili di Gunung Galunggung, Jawa Barat.

Hingga akhirnya terungkap fakta bahwa ternyata pengkhianat yang sebenarnya adalah Kadri, bukan Idin. Sanusi kemudian mengeksekusi Kadri di rumahnya pada tanggal 25 Maret dini hari.

Setelah itu, Sanusi dan Abuddin pergi ke Gunung Galunggung untuk menemui pimpinan mereka.

Di tempat itulah, Sanusi dan Abuddin mendapatkan perintah langsung dari Marjuk untuk memimpin upaya pembunuhan terhadap Soekarno pada saat pelaksanaan salat Idul Adha.

Mereka juga menerima empat lembar dokumen berisi pengumuman kemenangan Negara Karunia Allah (Negara Islam Indonesia) yang harus diberikan kepada seorang jenderal.

Komisaris Mangil tidak menyebutkan nama jenderal yang dimaksud.

Kunci untuk masuk ke dalam istana berupa surat undangan yang Sanusi peroleh dari Haji Bahrun yang tinggal di Bogor.

Sanusi kemudian mematangkan rencana pembunuhan tersebut bersama komplotannya.

“Aku, Harun, dan Hidayat yang akan mengeksekusi Soekarno. Sementara kalian, Hamdan dan Abidin, aku tugaskan untuk mendengarkan berita dari radio. Begitu Soekarno tewas…”

Halaman: 1 2 3 4
Rekomendasi