
BERITATERBERITA – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali memanas setelah mantan Presiden AS Donald Trump melontarkan ancaman serangan bom terkait negosiasi nuklir.
Tak lama berselang, Iran memberikan respons tegas dengan menyatakan kesiapan penuh angkatan bersenjatanya, termasuk rudal-rudal dengan kemampuan operasional untuk menjangkau posisi-posisi yang terkait dengan kepentingan AS di berbagai belahan dunia.
Kabar ini disampaikan oleh media pemerintah Iran, Tehran Times, yang menyebutkan bahwa sejumlah besar rudal siap tempur tersebut ditempatkan di fasilitas bawah tanah yang tersebar di seluruh penjuru negerinya.
Fasilitas-fasilitas ini dirancang khusus untuk tahan terhadap serangan udara, menunjukkan keseriusan Iran dalam menghadapi potensi ancaman.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC News pada hari Minggu, 30 Maret 2025, Trump memperingatkan bahwa Iran akan menghadapi pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya jika gagal memenuhi tuntutan Amerika Serikat terkait program nuklirnya.
Trump secara eksplisit menyatakan, “Jika mereka tidak membuat kesepakatan, maka akan ada…” sebelum kalimatnya terputus dalam laporan tersebut.
Menanggapi ancaman tersebut, Tehran Times melaporkan bahwa angkatan bersenjata Iran telah menyiapkan rudal-rudal yang mampu menyasar posisi-posisi yang berhubungan dengan Amerika Serikat.
Langkah ini merupakan respons langsung terhadap ancaman aksi militer yang terus-menerus dilontarkan oleh Presiden Trump jika Teheran tidak menyetujui kesepakatan nuklir baru sesuai dengan persyaratan yang diajukannya.
Selama masa jabatannya sebagai Presiden, Trump menarik Amerika Serikat keluar dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) tahun 2015, yang lebih dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.
Perjanjian tersebut memberlakukan batasan ketat pada aktivitas nuklir Iran sebagai imbalan atas keringanan sanksi ekonomi.
Meskipun demikian, Trump menegaskan bahwa pemerintahannya tetap terbuka untuk pembicaraan dengan Iran.
Namun, ia menekankan bahwa Iran harus menunjukkan komitmen yang kuat untuk membatasi program nuklirnya secara signifikan.
Presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian, memberikan tanggapannya terhadap komentar Trump dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah.
Meskipun menolak negosiasi langsung dengan Washington, Pezeshkian mengakui bahwa pembicaraan tidak langsung, yang difasilitasi oleh Oman, masih mungkin untuk dilanjutkan.
Situasi ini semakin menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah, yang telah lama menjadi pusat konflik dan persaingan geopolitik.
Kemampuan rudal Iran untuk menjangkau target-target yang jauh, termasuk yang terkait dengan AS, merupakan faktor penting dalam dinamika kekuatan regional. (Red)