
Spirit pengendalian diri ini diharapkan dapat terus dipegang teguh setelah Ramadan berakhir, sehingga umat muslim dapat menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan bertanggung jawab.
Selain itu, Ramadan juga mengajarkan tentang kejujuran dan kesadaran bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Mengetahui segala perbuatan dan niat manusia.
Kesadaran ini diharapkan dapat menjauhkan umat muslim dari segala bentuk tindak kebohongan dan korupsi dalam menjalani kehidupan selama sebelas bulan mendatang.
Menteri Agama menekankan bahwa spirit kejujuran dan integritas ini perlu terus dirawat dan diamalkan dalam menatap masa depan bangsa.
Menteri Agama juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk merendahkan hati di Hari Raya Idul Fitri. Momen ini adalah waktu yang tepat untuk saling memaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan yang mungkin terjadi di masa lalu.
Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya memperkuat tali persaudaraan antar sesama anak bangsa, tanpa memandang perbedaan suku, agama, ras, maupun golongan.
“Sudahi segala bentuk perselisihan dan caci maki yang mungkin terjadi. Mari kita ganti dengan sikap saling mendoakan untuk kebaikan semua dan untuk kemajuan bangsa Indonesia,” pesan Menteri Agama yang juga menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta.
Beliau berharap agar semangat persatuan dan saling menghormati dapat terus dipelihara demi terciptanya Indonesia yang lebih harmonis dan damai.
Inti utama dari pesan Menteri Agama pada Hari Raya Idul Fitri ini adalah ajakan untuk terus menjaga spirit Ramadan dalam kehidupan sehari-hari.
Spirit Ramadan yang meliputi pengendalian diri, kejujuran, kepedulian sosial, dan persatuan harus terus diamalkan agar memberikan dampak positif bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa.