
Lebih dari enam dekade telah berlalu sejak kepergian Suhokgi, dan kini, sosok “adik kecil” yang dulu dikenalnya telah menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia, menjabat sebagai Presiden.
Seorang individu bernama Feri Soegiarto, yang lahir pada tanggal yang sama dengan meninggalnya Suhokgi, 16 Desember 1969, memiliki pandangan tersendiri tentang sosok Suhokgi.
Ayahnya sangat mengidolakan Suhokgi dan memberikan nama “Feri” yang terinspirasi dari kata “ferum” yang berarti besi, sebagai harapan agar putranya memiliki semangat, tekad, dan pikiran yang kuat seperti Suhokgi.
Feri Soegiarto merasa bahwa meskipun ia hidup lebih lama dari Suhokgi, pencapaiannya tidak sebanding dengan dampak yang telah diberikan Suhokgi kepada Indonesia melalui visi dan pemikirannya.
Ia mengaku tidak akan pernah bisa sehebat dan seberpengaruh Suhokgi. Namun, ia berharap dapat menemukan jalannya sendiri untuk berkontribusi bagi bangsa.
“Catatan Seorang Demonstran” menjadi salah satu bacaan yang sering diulang oleh Feri Soegiarto, di mana ia dapat memahami bagaimana Suhokgi berjuang, berkompromi, dan bertahan dalam menghadapi berbagai situasi.
Dari catatan tersebut, ia juga mendapatkan gambaran tentang pandangan Suhokgi terhadap berbagai tokoh, termasuk Prabowo Subianto.
Feri Soegiarto sempat memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Prabowo Subianto, yang kini telah menjadi seorang jenderal dengan berbagai catatan perjalanan hidup.
Pertemuan tersebut terjadi beberapa waktu sebelum pemilihan umum.
Dalam pertemuan singkat itu, Feri Soegiarto berkesempatan untuk menanyakan beberapa hal yang belum terjawab terkait dengan pandangannya terhadap Suhokgi dan kondisi politik.
Dalam pertemuan tersebut, Prabowo Subianto menjawab beberapa pertanyaan dari Feri Soegiarto, termasuk alasan Suhokgi meninggalkan LSM yang didirikannya, keputusannya untuk keluar dari Universitas Indonesia dan bergabung dengan Akabri, serta pandangannya mengenai peristiwa tahun 1998.
Prabowo juga menegaskan komitmennya untuk menjunjung tinggi supremasi sipil dan memimpin sebagai presiden bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan dengan gaya militeristik.
Setelah Prabowo Subianto terpilih menjadi presiden, Feri Soegiarto berharap agar apa yang pernah disampaikan Prabowo dapat benar-benar diwujudkan, terutama terkait dengan supremasi sipil dan peran militer dalam batas yang jelas.
Namun, Feri Soegiarto juga menyampaikan beberapa kekhawatiran terkait dengan perkembangan situasi politik terkini, di mana ia melihat adanya peningkatan campur tangan militer dalam urusan sipil.
Feri Soegiarto menyoroti beberapa isu seperti keterlibatan tentara dalam pengelolaan BUMN, penanganan beras dan sawit, anggaran Kementerian Pertahanan yang dikecualikan dari efisiensi, serta anggaran besar untuk orkestrasi media sosial yang melibatkan TNI.
Ia juga menyoroti pengerahan kekuatan militer yang besar saat pengesahan RUU TNI, yang menurutnya tidak sebanding dengan jumlah massa yang hadir.
Lebih lanjut, Feri Soegiarto juga menyoroti isu tentang rencana operasi siber oleh TNI untuk mengatasi pihak-pihak yang dianggap mengurangi kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Ia menilai hal ini sebagai identifikasi masalah dan solusi yang tidak tepat, terutama di tengah berbagai masalah fundamental yang dihadapi bangsa seperti penurunan daya beli, PHK, pengangguran, dan pelemahan nilai tukar rupiah.