Mengejutkan! Minat Baca Harian Rendah, Tapi Orang Indonesia Ternyata Masih Cinta Buku Cetak di Era Digital

Foto: Youtube/Raim Laode

BERITATERBERITA – Membaca buku seringkali masih dianggap aktivitas yang berat, membosankan, atau hanya untuk kalangan tertentu saja.

Padahal, buku adalah jendela dunia yang menyimpan wawasan tak terbatas, seringkali lebih mendalam dibanding informasi kilat yang kita temukan online.

Namun, stigma ini, ditambah gempuran informasi instan di era digital, memunculkan pertanyaan: apakah orang Indonesia masih meluangkan waktu untuk membaca buku?.

Potret Kebiasaan Membaca Publik Indonesia Saat Ini

Untuk menjawab rasa penasaran ini, GoodStats belum lama ini merilis hasil survei bertajuk Preferensi Membaca Buku di Era Digital Tahun 2025.

Survei yang melibatkan 1.000 responden usia produktif di seluruh Indonesia ini mengungkap fakta menarik sekaligus menjadi ‘pekerjaan rumah’ bersama.

Ternyata, hanya sekitar 20,7 persen responden, atau kasarnya 1 dari 5 orang, yang rutin membaca buku setiap hari.

Angka ini kontras dengan 17 persen yang mengaku hanya sesekali membaca dan 15,4 persen yang tercatat jarang sekali membuka buku.

Managing Editor GoodStats, Iip M. Aditya, menyoroti temuan ini.

“Hanya 20,7% yang rutin membaca buku setiap hari, 22,3% responden rutin setiap minggu, dan 24,6% rutin tiap bulan. Angka ini masih harus ditingkatkan, lewat kerja sama berbagai pihak, karena membaca buku itu penting buat menambah wawasan,” tutur Iip.

Minimnya motivasi, akses buku berkualitas yang belum merata, hingga budaya literasi yang perlu terus dipupuk jadi beberapa faktor penyebab rendahnya frekuensi membaca ini.

Genre Favorit dan Format Pilihan

Lalu, buku jenis apa yang paling diminati?.

Mayoritas responden ternyata paling suka membaca buku bertema pengembangan diri (self-help/improvement).

Ini disusul oleh buku nonfiksi lainnya, buku pendidikan, baru kemudian buku fiksi.

Preferensi ini menunjukkan adanya dorongan kuat untuk mencari informasi dan pengetahuan praktis saat membaca.

Sementara buku fiksi, dengan ragam tema dari romansa, horor, fiksi ilmiah, hingga komedi, lebih menjadi pilihan untuk relaksasi atau hiburan.

Hal menarik lainnya adalah soal format buku.

Meskipun era digital menawarkan kemudahan lewat e-book (buku elektronik) dan audio book (buku suara), buku cetak dalam bentuk fisik ternyata masih menjadi primadona utama bagi responden Indonesia.

“Buku fisik masih jadi favorit, walau udah hadir banyak format lain seperti e-book dan audio book. Banyak responden yang mendambakan pengalaman membaca, seperti dari sentuhan dan aroma buku fisik, yang gak bisa diberikan format lain,” jelas Iip.

Meski begitu, e-book tetap punya pasarnya, dibaca oleh 43,1 persen responden, sementara audio book dinikmati oleh 7,1 persen responden, terutama karena kemudahan akses dan mobilitasnya.

Prospek buku cetak pun tampak masih cerah, 81,5 persen responden menyatakan akan tetap membaca buku fisik di masa depan.

Jejak Digital dalam Mencari dan Membeli Buku

Di sisi lain, pengaruh digital sangat terasa dalam cara orang mencari informasi dan membeli buku.

Survei GoodStats menunjukkan mayoritas besar responden (62,5%) kini mengandalkan media sosial untuk mencari informasi buku baru atau rekomendasi.

Platform buku daring menyusul di tempat kedua (11,3%), sementara mencari info langsung di toko buku (10,7%) atau dari rekomendasi teman secara lisan (5,4%) kini porsinya lebih kecil.

“Dari sini, bisa terlihat kalau soal penyebarluasan informasi seputar buku, media sosial dan laman daring jadi pilihan,” tambah Iip.

Sejalan dengan itu, marketplace online menjadi kanal utama responden untuk membeli buku, meskipun toko buku fisik menempel ketat di urutan kedua.

Ini menandakan adanya kombinasi antara pencarian kemudahan transaksi online dan keinginan merasakan pengalaman memilih buku secara langsung di toko.

Keputusan akhir untuk membeli buku ternyata sangat dipengaruhi oleh rekomendasi dan ulasan (39% responden memilih ini sebagai faktor utama).

Konten menarik seputar buku dan faktor harga menyusul di belakangnya.

Besarnya pengaruh ulasan daring (77,9% responden mengaku terdorong olehnya) kini banyak dimanfaatkan pelaku usaha buku untuk menarik minat pembeli.

Pemasaran Efektif di Era Pembaca Digital

Lalu, strategi pemasaran seperti apa yang paling disukai pembaca?.

Konten menarik di media sosial menjadi jawaban terbanyak (33,3%).

“Materi promosi yang kreatif, informatif, dan menghibur di media sosial dinilai bisa meningkatkan pengalaman baca warga Indonesia,” ujar Iip.

Rekomendasi buku yang dipersonalisasi (24,1%) serta diskon atau promosi eksklusif (22,6%) juga jadi strategi yang diminati.

Kesimpulannya, survei GoodStats 2025 ini menunjukkan sebuah paradoks menarik: preferensi terhadap buku fisik masih sangat kuat di hati pembaca Indonesia, namun perilaku mencari informasi, terpengaruh ulasan, membeli, hingga merespon pemasaran kini sangat didominasi oleh lanskap digital.

Tantangan sekaligus peluang bagi para penerbit dan pelaku industri buku adalah bagaimana meramu strategi digital yang efektif untuk menjangkau pembaca, sambil tetap menghargai kecintaan mereka pada pengalaman membaca buku cetak. (Red)

Rekomendasi