
BERITATERBERITA – Setelah Bapa Suci Fransiskus dipanggil pulang ke rumah Bapa di surga pada usia 88 tahun, seluruh Gereja Katolik di dunia menantikan dengan doa dan harapan, siapakah yang akan dipilih oleh Roh Kudus untuk menggantikan beliau sebagai Uskup Roma dan Gembala Universal.
Berita wafatnya Paus Fransiskus, yang dikonfirmasi oleh Vatikan, meninggalkan duka mendalam sekaligus pertanyaan besar: Siapakah yang akan melanjutkan karya pelayanan Kristus di dunia ini?
Bapa Suci Fransiskus, yang berjuang melawan komplikasi pernapasan di Rumah Sakit Gemelli, Roma, telah menyelesaikan perziarahannya di dunia ini. Kondisi kesehatannya yang kurang baik menimbulkan ketidakpastian, terutama menjelang Tahun Suci dan dalam perjalanan Gereja Katolik di tengah tantangan zaman.
Kini, di saat sede vacante (takhta kosong), umat Katolik di seluruh dunia berdoa agar Roh Kudus menerangi para Kardinal Elektor untuk memilih seorang penerus yang setia kepada Kristus dan Gereja-Nya.
Bagaimana Seorang Paus Baru Dipilih?
Sesuai dengan tradisi Gereja Katolik, ketika seorang Paus meninggal dunia atau mengundurkan diri, kepemimpinan Gereja Katolik diserahkan kepada Kolegium Kardinal. Para Kardinal ini, yang selama masa pelayanan Paus adalah penasihat terdekatnya, memiliki tanggung jawab untuk memilih penerus Petrus.
Proses pemilihan Paus baru dilakukan melalui Konklaf Kepausan, sebuah pertemuan sakral di mana para Kardinal Elektor berkumpul dalam doa dan refleksi mendalam, memohon bimbingan Roh Kudus. Paus baru dipilih berdasarkan mayoritas dua pertiga suara.
Konklaf Kepausan terakhir terjadi pada tahun 2013, ketika Kardinal Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai Paus Fransiskus, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.
Siapakah yang Berpotensi Menggantikan Bapa Suci Fransiskus?
Meskipun belum ada pengganti resmi yang ditunjuk, beberapa Kardinal yang dianggap memiliki potensi untuk memimpin Gereja Katolik adalah:
Kardinal Pietro Parolin: Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Kardinal Parolin, yang berasal dari Veneto, Italia, dipandang sebagai sosok moderat dan berpengalaman dalam diplomasi Vatikan.
Kardinal Peter Erdo: Uskup Agung Esztergom-Budapest, Hongaria, dan mantan Presiden Dewan Konferensi Waligereja Eropa, Kardinal Erdo dikenal sebagai suara konservatif dalam Gereja.
Kardinal Luis Antonio Tagle: Pro-Prefek Dikasteri untuk Evangelisasi, Kardinal Tagle dari Filipina dipandang sebagai sosok yang dekat dengan umat dan memiliki perhatian khusus pada isu-isu sosial.
Kardinal Matteo Zuppi: Uskup Agung Bologna, Italia, dan Presiden Konferensi Waligereja Italia, Kardinal Zuppi dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Paus Fransiskus dan memiliki perhatian pada dialog antaragama.
Kardinal Raymond Leo Burke: Prefek Emeritus Signatura Apostolik, Kardinal Burke dari Amerika Serikat dikenal sebagai suara tradisionalis dalam Gereja.
Dalam masa sede vacante ini, seluruh umat Katolik di dunia bersatu dalam doa, memohon agar Roh Kudus menerangi para Kardinal Elektor dalam memilih seorang penerus Petrus yang setia, yang akan memimpin Gereja Katolik dengan kebijaksanaan, keberanian, dan kasih Kristus.
Semoga Gereja Katolik, di bawah bimbingan Gembala yang baru, terus menjadi saksi kasih Kristus di dunia ini. (Red)