Peringatan Hari Kartini: Dit Tipid PPA Bareskrim Polri Ajarkan Siswa MTsN Salatiga Berani Lawan Kekerasan, Apa Rahasianya?

Direktur PPA dan PPO Bareskrim Polri, Brigjen Pol. Dr. Nurul Azizah, S.I.K., M.Si., yang ternyata alumni angkatan 1988 MTsN Salatiga, hadir langsung bawakan semangat “Berani Bicara, Selamatkan Sesama” (Foto: Humas Polda Maluku)

BERITATERBERITA – Hari Kartini tahun ini ada pesan spesial dari kepolisian buat anak-anak muda.

Direktorat Tindak Pidana PPA dan PPO Bareskrim Polri bikin gebrakan seru lewat acara edukatif namanya RISE N SPEAK di MTsN Negeri Salatiga.

Acara ini berlangsung pada 22 April 2025, bertepatan sama peringatan Hari Kartini.

Direktur PPA dan PPO Bareskrim Polri, Brigjen Pol. Dr. Nurul Azizah, S.I.K., M.Si., yang ternyata alumni angkatan 1988 MTsN Salatiga, hadir langsung bawakan semangat “Berani Bicara, Selamatkan Sesama”.

Ini bukan sekadar sosialisasi biasa.

Tujuannya jelas dan tegas: dorong siswa, guru, sampai masyarakat buat enggak diam aja lihat tindak kekerasan.

Sekaligus, nanamkan bibit budaya pencegahan sejak dini di lingkungan sekolah.

Kenapa Berani Bicara Itu Penting?

Pesan kunci dari Dit Tipid PPA dan PPO Bareskrim Polri sangat kuat.

Direktur sampaikan langsung dalam sambutannya.

“Diam bukanlah satu pilihan.

Berani bicara itu mulia,” tegasnya.

Dalam paparannya, Brigjen Pol. Dr. Nurul Azizah, S.I.K., M.Si., jelasin kalau Dit Tipid PPA dan PPO Bareskrim Polri enggak cuma tugasnya nangkap pelaku kekerasan pada perempuan dan anak.

Mereka juga bangun ekosistem edukatif yang ngajak semua pihak gabung.

Mulai dari guru, siswa, orang tua, sampai komunitas pesantren.

“Kami hadir bukan sekadar menegakkan hukum, namun juga membangun budaya pencegahan dan pelindungan yang berkeadilan, inklusif, dan berperspektif gender,” ujarnya.

Ini nunjukin kalau penanganan kekerasan butuh kerja sama semua elemen masyarakat.

Strategi Jitu Bikin Sekolah Aman

Program RISE N SPEAK ini punya beberapa jurus jitu.

Sekolah diajak bentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK).

Ini tim di sekolah yang khusus urus soal kekerasan.

Selain itu, sekolah juga didorong sediakan jalur pelaporan yang ramah buat anak, kasih pelatihan buat para guru, dan sediakan pendampingan psikososial buat korban.

Siswa sendiri diajak jadi agen perubahan.

Ada program kayak ROOTS yang libatkan siswa buat jadi pelopor anti-kekerasan di kalangan teman-teman mereka.

“MTsN Salatiga kami dorong menjadi pelopor sekolah ramah anak dan pelindung nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan Islam,” imbuhnya.

Ini tantangan sekaligus motivasi buat MTsN Salatiga jadi contoh sekolah aman.

Kepada para guru, Direktur PPA dan PPO enggak lupa ingetin soal pentingnya patuh sama aturan.

Mereka harus terapkan Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023.

Aturan ini penting biar kekerasan, bentuknya apapun, bisa dicegah dari awal di lingkungan pendidikan.

Buat siswa, ada tujuh strategi praktis yang dibagiin.

Ini cara ampuh buat lindungi diri dan orang lain dari kekerasan.

Termasuk di dalamnya bangun komunikasi terbuka sama guru dan orang tua.

Plus, hindari lingkungan atau pergaulan yang berpotensi rawan kekerasan.

“Jadikan ilmu sebagai pelita, dan akhlak sebagai perisai dari kejahatan. Jangan takut bicara jika ada yang tidak nyaman,” pesan Brigjen Pol. Dr. Nurul Azizah, S.I.K., M.Si., buat siswa.

Acara ditutup makin berkesan.

Direktur sampaikan pantun yang bikin semangat siswa makin membara buat berani lapor kalau lihat atau alami kekerasan.

“Jika melihat yang disakiti, jangan diam, ayo bantu dan tegur dengan santun,” bunyi salah satu pantunnya.

Kegiatan edukatif ini dapat dukungan penuh dari Polres Salatiga.

Siswa dan guru MTsN Salatiga juga sambut acara ini dengan antusiasme tinggi.

Semangat kolaborasi dan kepedulian bersama ini diharapkan jadi langkah awal penting.

Ini buat ciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan benar-benar ramah anak di seluruh Indonesia. (Dhet)

Rekomendasi