
Salah satu faktor utama penyebab penurunan harga emas adalah melemahnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Kondisi yang lebih kondusif ini menyebabkan aksi jual emas besar-besaran.
Emas dijual sebagai aset lindung nilai tradisional yang kurang dibutuhkan saat ketegangan mereda.
Sejumlah faktor lainnya yang mendukung penurunan harga emas adalah pertumbuhan lapangan kerja AS yang melambat sedikit pada bulan April.
Situasi pasar kerja ini memberi gambaran kondisi ekonomi.
Lalu faktor lainnya adalah para pembuat kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang telah mengisyaratkan bahwa suku bunga jangka pendek akan tetap tidak berubah untuk saat ini.
Ini terjadi karena mereka menunggu tanda-tanda yang lebih jelas bahwa inflasi mendekati target 2% bank sentral AS.
The Fed juga menunggu sampai ada tanda-tanda pasar kerja yang memburuk.
Meski harga emas sedang mengalami penurunan, John Alfred Paulson, seorang investor ternama sekaligus konglomerat AS, memiliki pandangan berbeda.
Paulson, yang meraih untung besar saat krisis keuangan global, memperkirakan harga emas bisa naik mendekati US$5.000 per troy ons.
John memprediksi harga emas bisa naik melejit pada tahun 2028.
Ini terjadi di tengah potensi ketegangan perdagangan masa depan dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral berbagai negara.
Emas dipandangnya secara luas dianggap sebagai aset aman (safe haven) dan nilai lindung terhadap ketidakpastian global.
“Itu prediksi yang masuk akal dan berdasar,” kata Paulson dikutip dari CNBC International, Minggu, 4 Mei 2025.
“Saat bank sentral dan masyarakat mencari tempat penyimpanan nilai yang lebih stabil, saya pikir peran emas di dunia akan meningkat,” jelas Paulson.