‘Gubernur Konten Lebih Baik dari Gubernur Molor!’: Balasan Menohok Dedi Mulyadi untuk Rocky Gerung

Namun, Dedi Mulyadi tidak tinggal diam dan memberikan jawaban yang khas, penuh sindiran namun juga membela diri.

Dalam pernyataannya, Dedi Mulyadi mengaku tidak keberatan dengan julukan ‘Gubernur Konten’ yang diberikan kepadanya. J

ustru, ia menilai menjadi gubernur yang menghasilkan konten lebih baik daripada menjadi gubernur yang kerjanya lambat atau ‘molor’.

Bahkan, ia menambahkan gelar lain untuk dirinya, yaitu ‘Gubernur Lambe Turah’, dengan mengatakan bahwa lebih baik menjadi gubernur yang banyak dibicarakan daripada gubernur yang hanya diam saja.

Ia juga menanggapi julukan ‘Gubernur Otak Dangkal’ dengan santai, menyatakan bahwa lebih baik memiliki otak yang dangkal namun bisa menyadarkan banyak orang, daripada memiliki otak yang dalam namun justru membuat banyak orang ‘tenggelam’ dalam kesulitan.

Respons Dedi Mulyadi ini disampaikan dalam sebuah acara, di mana ia juga memberikan pesan kepada para mahasiswa.

Ia berpesan agar para mahasiswa tidak gengsi atau malu untuk melakukan pekerjaan apapun setelah lulus kuliah.

Menurutnya, jangan sampai setelah menjadi sarjana, seseorang enggan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci atau menyetrika.

Ia menekankan pentingnya melakukan apapun yang bisa dilakukan, karena hal itu akan membuat orang tua bangga.

Ia mencontohkan dirinya sendiri yang sejak kecil senang bertani dan beternak, dan hingga kini rutin melakukan vlog sambil berjalan-jalan di sawah setiap pagi.

Baginya, dunia pertanian adalah sumber kebahagiaan dan sarana rekreasi.

Hobi yang Bermanfaat dan Kritik terhadap Pemimpin Lain

Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa hobinya berkebun dan beternak justru memberikan manfaat ekonomi bagi banyak orang di sekitarnya.

Uangnya digunakan untuk membersihkan saluran air, membayar petugas kebersihan jalan, menanam pohon, dan membangun infrastruktur yang indah untuk dinikmati bersama.

Ia membandingkan dengan orang yang tidak memiliki hobi seperti dirinya, yang mungkin memilih untuk menghabiskan uangnya dengan berlibur ke luar negeri dan hanya dinikmati sendiri.

Dari hobinya, ribuan orang di kampung halamannya bisa menikmati keindahan hamparan sawah setiap akhir pekan.

Lebih lanjut, Dedi Mulyadi membagikan resepnya menjadi pemimpin, yaitu dengan memelihara domba, ayam, bebek, dan ikan.

Menurutnya, interaksi dengan alam dan hewan memberikan kesenangan tersendiri. Ia percaya bahwa manusia yang sudah memahami alam semesta dengan baik tidak perlu rekreasi mahal, karena setiap hari bisa menikmati keindahan di sekitarnya, mulai dari bangun tidur hingga melihat bulan di tengah malam.

Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak terlalu mengagumi keindahan tempat lain, tetapi fokus untuk membenahi dan mempercantik kampung halaman sendiri.

Ia mencontohkan keinginannya untuk menjadikan Sungai Citarum jernih dan menata Jawa Barat menjadi indah.

Dedi Mulyadi juga menyinggung soal kepeduliannya terhadap lingkungan dan penataan wilayah. Ia mengaku selalu memperhatikan kondisi lingkungan di sepanjang perjalanannya dan tidak ragu untuk memberikan perintah langsung untuk menertibkan bangunan kumuh dan menata pedagang agar berjualan di tempat yang lebih layak dan indah.

Baginya, tanah Pasundan yang diciptakan Tuhan saat tersenyum harus diwujudkan keindahannya. Dalam kesempatan tersebut, Dedi Mulyadi juga menyampaikan ucapan terima kasih dan selamat kepada para orang tua yang telah berhasil mengantarkan anaknya menjadi sarjana.

Ia memberikan pesan kepada para sarjana untuk tidak terburu-buru menikah, tetapi fokus membahagiakan orang tua terlebih dahulu.

Pesan untuk Sarjana dan Sindiran Halus

Dedi Mulyadi memberikan pesan yang cukup unik kepada para sarjana yang baru dilantik.

Ia menyarankan agar mereka tidak memikirkan pernikahan terlebih dahulu sebelum membahagiakan orang tua atas biaya yang telah dikeluarkan untuk pendidikan mereka.

Ia menggambarkan bagaimana seringkali orang tua terus menerus terbebani secara ekonomi bahkan setelah anak lulus kuliah, karena harus menanggung biaya pernikahan dan acara-acara lainnya.

Ia juga menyinggung fenomena aneh di Indonesia, di mana taman kanak-kanak seringkali dipenuhi oleh nenek-nenek yang mengasuh cucu, sementara para ibu muda justru sibuk dengan urusan lain.

Ia juga menyoroti budaya di Indonesia yang kurang memperhatikan orang tua yang sakit, namun ramai saat pembagian warisan.

Dedi Mulyadi juga menyindir film horor Indonesia yang menurutnya seringkali menampilkan sosok hantu yang menakutkan dan penuh dendam.

Ia meminta para pembuat film untuk tidak merendahkan citra bangsa Indonesia melalui representasi hantu yang demikian. D

i sisi lain, ia bercerita bahwa anak-anak di Jawa Barat kini lebih takut padanya jika tidak mandi, susah makan, atau melawan orang tua, karena ancaman akan dibawa ke barak.

Namun, ia juga mengakui bahwa anak-anak sekarang lebih pintar dan bisa memberikan alasan logis.

Di akhir pidatonya, Dedi Mulyadi menyampaikan terima kasih kepada Universitas Pasundan (Unpas) yang telah memberikan beasiswa kedokteran gratis bagi tiga warga Jawa Barat.

Ia juga menyampaikan rencananya untuk mengubah sistem penerimaan kerja di sektor industri menjadi lebih efisien melalui database calon tenaga kerja.

Ia tidak setuju dengan banyaknya persyaratan yang dibutuhkan saat melamar kerja dan berencana mengeluarkan surat edaran untuk menyederhanakannya.

Ia menekankan pentingnya untuk tidak malu melakukan pekerjaan halal apapun, karena jalan rezeki akan selalu terbuka bagi mereka yang berusaha.

Dedi Mulyadi kembali menegaskan bahwa ia tidak masalah dengan julukan ‘Gubernur Konten’, karena menurutnya itu lebih baik daripada menjadi gubernur yang lambat dan tidak responsif.

Ia pun mempersilakan pihak-pihak yang tidak setuju dengannya untuk melawannya, namun ia mengingatkan bahwa ia juga memiliki ‘bapak’ yang akan melindunginya. (Asep)

Halaman: 1 2 3Show All
Rekomendasi