
Meskipun fundamental jaringan Algorand menunjukkan penguatan signifikan, harga aset kripto ALGO masih belum mampu menembus resistensi
BERITATERBERITA – Dunia kripto dihebohkan dengan sinyal fundamental kuat yang dipancarkan oleh jaringan Algorand.
Terjadi lonjakan aktivitas pengguna, alamat aktif melonjak tajam, dan kembalinya investor besar (whales) pun telah terkonfirmasi.
Namun, sebuah fenomena aneh terjadi di mana kondisi positif ini belum mampu mendorong kenaikan harga ALGO secara signifikan.
Saat berita ini ditulis pada hari Senin, 9 Juni 2025, ALGO masih diperdagangkan di bawah level Rp3.000.000 (asumsi konversi dari $0.19).
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar, mengingat biasanya peningkatan aktivitas jaringan dan akumulasi oleh investor besar menjadi indikator kuat untuk kenaikan harga aset kripto.
Dengan lebih dari 1,2 juta alamat aktif, Algorand saat ini menjadi salah satu blockchain paling dinamis. Performa ini sangat kontras dengan pergerakan harga kripto ALGO yang cenderung stagnan.
Di tengah sorotan pasar kripto yang seringkali terfokus pada aksi harga, ketidaksesuaian ini menjadi sebuah teka-teki menarik.
Bahkan sinyal positif dari para investor besar, yang tercatat melakukan pembelian hingga 68% dalam tujuh hari terakhir, belum cukup kuat untuk membalikkan tren.
Ini merupakan skenario klasik di pasar kripto: fundamental membaik, namun harga masih menunggu katalis yang lebih kuat.
Dinamika Pasar: Investor Ritel Beli, Derivatif Lesu
Keseimbangan antara pasar spot (tunai) dan derivatif seringkali memberikan petunjuk penting dalam pasar kripto.
Data terkini menunjukkan adanya perbedaan yang jelas: pembelian di pasar spot terus meningkat, menandakan adanya akumulasi oleh investor jangka panjang.
Namun, pasar derivatif justru mengalami kontraksi. Volume perdagangan menurun dan minat terbuka (open interest) juga ikut menyusut.
Hal ini mengindikasikan bahwa para spekulan dengan leverage masih berada di luar pasar, sehingga membatasi potensi kenaikan harga dalam waktu dekat.
Sementara itu, likuidasi posisi long (beli) terus terjadi, menandakan adanya struktur pasar yang belum seimbang dan kurang kondusif untuk terjadinya breakout harga secara tiba-tiba.
Kondisi ini membuat ALGO terjebak dalam rentang harga tertentu.
ALGO Terjebak dalam Rentang Konsolidasi
Pergerakan harga ALGO saat ini terbatas antara Rp2.560.000 dan Rp4.000.000 (asumsi konversi dari $0.16 dan $0.25) tanpa adanya tanda-tanda breakout yang jelas.
Pola ini sering terjadi pada aset kripto yang sedang dalam fase konsolidasi berkepanjangan, di mana akumulasi seringkali mendahului pergerakan harga yang lebih kuat.
Akan tetapi, tanpa adanya peningkatan minat spekulatif yang signifikan, kepastian terjadinya breakout dari rentang harga ini masih belum jelas.
Seperti yang sering terjadi, dibutuhkan sebuah pemicu kuat untuk menggerakkan harga ALGO keluar dari zona konsolidasinya.
Pemicu tersebut bisa berupa short squeeze (aksi beli paksa akibat banyaknya posisi jual), pengumuman makroekonomi yang positif, atau pergerakan terkoordinasi oleh para pemegang aset besar.
Jika tidak ada katalis seperti itu, kemungkinan besar skenario sideways (pergerakan harga mendatar) akan terus berlanjut.
Algorand sebenarnya telah memenuhi beberapa kriteria positif: adopsi jaringan yang terus meningkat, akumulasi jangka panjang oleh investor, dan sinyal teknikal yang mendukung pada indikator RSI (Relative Strength Index).
Namun, dalam pasar kripto yang volatil, peningkatan aktivitas saja tidak cukup untuk memicu reli harga.
Untuk saat ini, ALGO tetap menjadi aset kripto dengan fundamental yang solid namun jelas undervalued (dinilai terlalu rendah) dan masih menunggu pemicu yang kredibel.
Sementara itu, perhatian pasar kripto saat ini sedang tertuju pada ETF Ethereum yang berhasil menarik arus masuk dana lebih dari Rp12,8 triliun, sehingga mengalihkan perhatian dari altcoin lainnya yang sedang mengalami penurunan. (SISKA)