Trump Klaim Akhiri Perang Israel-Iran: Benarkah Sudah Usai?

Trump (Foto: Dhet)

Gencatan senjata diumumkan

BERITATERBERITA – Perang antara Israel dan Iran yang berlangsung selama 12 hari diklaim telah berakhir setelah Amerika Serikat mengumumkan adanya gencatan senjata.

Presiden Donald Trump melalui akun Truth Social miliknya menyatakan bahwa konflik tersebut telah usai secara “total dan menyeluruh”.

Trump bahkan mengucapkan selamat kepada kedua negara atas keberanian dan kecerdasan mereka dalam mengakhiri perang yang menurutnya singkat tersebut.

Pengumuman ini disampaikan dua hari setelah serangan udara Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran yang tersembunyi.

Namun, laporan dari televisi pemerintah Iran pada Selasa menunjukkan adanya kebingungan.

Mereka memberitakan gencatan senjata telah dimulai, tetapi bersamaan dengan itu, Israel memperingatkan publik tentang adanya serangan rudal baru dari Iran.

Reaksi Berbeda atas Pengumuman Gencatan Senjata

Ketidaksesuaian informasi antara Iran dan Israel terkait gencatan senjata ini menimbulkan pertanyaan besar.

Televisi pemerintah Iran menampilkan grafik pengumuman gencatan senjata tanpa segera mengakui adanya serangan rudal yang terjadi setelah batas waktu yang ditetapkan oleh Presiden Trump.

Sebelum batas waktu gencatan senjata, serangkaian serangan Iran telah menewaskan tiga orang dan melukai setidaknya delapan lainnya di Israel.

Layanan penyelamatan Magen David Adom Israel melaporkan bahwa setidaknya satu orang diyakini terjebak di reruntuhan bangunan tempat tinggal di selatan Israel yang mengalami kerusakan parah.

Pengumuman Trump tentang kesepakatan gencatan senjata datang tak lama setelah Iran meluncurkan serangan rudal terbatas ke pangkalan militer AS di Qatar.

Serangan ini merupakan balasan atas pemboman fasilitas nuklirnya oleh Amerika Serikat. Israel sendiri belum memberikan konfirmasi atas pengumuman gencatan senjata dari Trump.

Ketidakpastian di Balik Klaim Berakhirnya Konflik

Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menyatakan bahwa gencatan senjata yang dimulai sekitar tengah malam waktu Washington akan menjadi “AKHIR Resmi” dari perang.

Meskipun Israel tidak segera mengakui adanya gencatan senjata, tidak ada laporan mengenai serangan Israel di Iran setelah pukul 4 pagi waktu Teheran.

Serangan intens Israel terus terjadi di kota-kota Iran hingga sesaat sebelum waktu tersebut.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, melalui platform X menyatakan bahwa “saat ini, TIDAK ADA ‘kesepakatan’ mengenai gencatan senjata atau penghentian operasi militer.”

Akan tetapi, ia menambahkan bahwa Iran tidak berniat melanjutkan respons mereka asalkan agresi ilegal Israel terhadap rakyat Iran berhenti paling lambat pukul 4 pagi waktu Teheran.

Pesan dari Araghchi diposting pada pukul 4:16 pagi waktu Teheran. Ia juga menambahkan bahwa keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer Iran akan dibuat kemudian.

Pihak militer Israel menolak berkomentar terkait pernyataan gencatan senjata dari Trump, dan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga belum memberikan tanggapan.

Perbandingan dengan Perang Enam Hari

Trump menyebut konflik antara Israel dan Iran ini sebagai “Perang 12 Hari”.

Nama ini mengingatkan pada perang Timur Tengah tahun 1967 yang dikenal sebagai “Perang Enam Hari”, di mana Israel bertempur melawan sejumlah negara Arab termasuk Mesir, Yordania, dan Suriah.

Referensi Trump ini membawa muatan emosional bagi dunia Arab, terutama Palestina. Dalam perang tahun 1967, Israel merebut Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania, Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, serta Dataran Tinggi Golan dari Suriah.

Meskipun Israel kemudian mengembalikan Sinai kepada Mesir, mereka masih menduduki wilayah lainnya.

Menurut seorang pejabat senior Gedung Putih yang tidak ingin disebutkan namanya, Trump berkomunikasi langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengamankan gencatan senjata.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Marco Rubio dan utusan khusus Steve Witkoff berkomunikasi dengan pihak Iran melalui saluran langsung dan tidak langsung.

Peran Amerika Serikat dan Qatar

Gedung Putih menyatakan bahwa pemboman pada hari Sabtu lalu membantu meyakinkan Israel untuk menyetujui gencatan senjata. Pemerintah Qatar juga disebut turut berperan dalam menengahi kesepakatan ini.

Namun, belum jelas apa peran Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam pembicaraan tersebut. Sebelumnya, ia sempat menyatakan di media sosial bahwa ia tidak akan menyerah.

Serangan Iran terhadap pangkalan AS di Qatar pada Senin lalu mengindikasikan adanya keinginan untuk mengurangi ketegangan.

Amerika Serikat telah diperingatkan oleh Iran sebelumnya mengenai serangan tersebut, dan Trump menyebut serangan itu sebagai “respons yang sangat lemah” karena tidak menimbulkan korban jiwa.

Qatar mengecam serangan terhadap Pangkalan Udara Al Udeid sebagai “pelanggaran mencolok” terhadap kedaulatan, wilayah udara, dan hukum internasional mereka.

Qatar menyatakan berhasil mencegat semua kecuali satu rudal, meskipun belum jelas apakah rudal tersebut menyebabkan kerusakan.

Detail Serangan dan Kerugian yang Ditimbulkan

Iran mengklaim bahwa jumlah rudal yang ditembakkan sama dengan jumlah bom yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di situs nuklir Iran pada akhir pekan.

Iran juga mengatakan bahwa mereka menargetkan pangkalan tersebut karena lokasinya berada di luar area berpenduduk.

Mayor Jenderal Qatar, Shayeq Al Hajri, menyebutkan bahwa 19 rudal ditembakkan ke pangkalan yang menjadi pusat komando dan kontrol kekuatan udara di seluruh wilayah tersebut.

Trump menyebutkan jumlah rudal yang ditembakkan adalah 14, di mana 13 berhasil dicegat dan satu “dilepaskan” karena tidak menimbulkan ancaman.

Iran mengumumkan serangan ini melalui televisi pemerintah, menyebutnya sebagai “respons yang kuat dan berhasil” terhadap “agresi Amerika”.

Laporan sebelumnya tentang serangan rudal ke pangkalan yang menampung pasukan Amerika di Irak ternyata adalah alarm palsu.

Seorang pejabat militer AS senior menjelaskan bahwa puing-puing dari rudal Iran yang menargetkan Israel dan mengalami malfungsi memicu peringatan serangan di pangkalan Ain al-Assad.

Situasi Terkini dan Dampak Konflik

Pada Selasa pagi, Qatar Airways kembali melanjutkan penerbangannya setelah Qatar menutup wilayah udaranya menyusul serangan Iran ke Pangkalan Udara Al Udeid.

Data pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat komersial kembali terbang di wilayah udara Qatar, menandakan bahwa Doha yakin ancaman terhadap negara kaya energi itu telah berlalu.

Sebelumnya, Israel dan Iran saling bertukar serangan pada Selasa pagi. Iran menyerang Israel dengan rudal dan drone, sementara Israel menyatakan menyerang “target rezim dan badan-badan represif pemerintah di jantung kota Teheran”.

Di Teheran, Israel menyerang markas besar pasukan militer yang menekan aksi protes baru-baru ini dan meledakkan gerbang penjara Evin, yang dikenal sebagai tempat penahanan aktivis politik.

Televisi pemerintah Iran menayangkan rekaman yang diklaim diambil di dalam penjara Evin, menunjukkan para tahanan dalam keadaan terkendali.

Namun, Pusat Hak Asasi Manusia Abdorrahman Boroumand yang berbasis di Washington menyatakan bahwa banyak keluarga tahanan “telah menyatakan keprihatinan mendalam tentang keselamatan dan kondisi orang yang mereka cintai” di penjara tersebut.

Serangan terhadap Fasilitas Nuklir dan Potensi Perubahan Rezim

Militer Israel juga mengonfirmasi bahwa mereka menyerang jalan-jalan di sekitar fasilitas pengayaan Fordo di Iran untuk menghalangi akses ke situs tersebut.

Situs bawah tanah itu adalah salah satu yang terkena serangan Amerika Serikat pada hari Minggu.

Kepala pengawas nuklir PBB di Wina menyatakan bahwa ia memperkirakan akan ada kerusakan parah di fasilitas Fordo setelah serangan udara AS menggunakan bom penghancur bunker yang canggih.

Beberapa pejabat Iran, termasuk juru bicara Organisasi Energi Atom Iran Behrouz Kamalvandi, mengklaim bahwa Iran telah memindahkan materi nuklir dari situs-situs yang menjadi target serangan sebelumnya.

Sementara itu, pejabat Israel bersikeras bahwa mereka tidak berupaya menggulingkan pemerintahan Iran, musuh bebuyutan mereka sejak Revolusi Islam tahun 1979.

Namun, serangan terbaru ini terjadi hanya beberapa jam setelah Trump menyebutkan kemungkinan adanya perubahan rezim.

Hal ini terjadi sehari setelah Amerika Serikat terlibat dalam perang dengan serangan bom rahasia terhadap tiga situs nuklir Iran.

Masa Depan Hubungan Israel dan Iran

“Jika Rezim Iran saat ini tidak mampu MEMBUAT IRAN HEBAT KEMBALI, mengapa tidak terjadi perubahan Rezim???” tanya Trump melalui situs Truth Social miliknya.

Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, kemudian menjelaskan bahwa Trump “hanya mengajukan pertanyaan”.

Sebelum berita gencatan senjata, seorang pejabat Israel yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan bahwa Israel bertujuan untuk mengakhiri perang dalam beberapa hari mendatang, tetapi hal itu akan bergantung pada pihak Iran.

Hasil yang paling diinginkan Israel adalah Iran menyetujui gencatan senjata dan kembali melakukan negosiasi dengan AS mengenai program nuklirnya.

Namun, Israel juga siap menghadapi kemungkinan perang gesekan berintensitas rendah yang berkepanjangan atau periode “tenang untuk tenang”, di mana mereka akan memantau dengan cermat aktivitas Iran dan menyerang jika mengidentifikasi ancaman baru.

Konflik ini telah menewaskan ratusan orang. Di Israel, setidaknya 24 orang tewas dan lebih dari 1.000 lainnya luka-luka akibat perang ini. Serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan sedikitnya 974 orang dan melukai 3.458 lainnya, menurut kelompok Hak Asasi Manusia yang berbasis di Washington.

Kelompok tersebut juga menyebutkan bahwa dari jumlah korban tewas, mereka berhasil mengidentifikasi 387 warga sipil dan 268 personel keamanan.

Amerika Serikat telah mengevakuasi sekitar 250 warga negara Amerika dan anggota keluarga terdekat mereka dari Israel menggunakan penerbangan pemerintah, militer, dan sewaan yang dimulai pada akhir pekan.

Diperkirakan ada sekitar 700.000 warga negara Amerika di Israel, yang sebagian besar merupakan warga negara ganda AS-Israel. (DHET)

Rekomendasi