
BERITATERBERITA – Di sebuah perkampungan tenang, hiduplah Ziko, remaja periang yang tiba-tiba menjadi perenung setelah lulus SMA.
Berbeda dari teman-temannya yang bersemangat mendaftar kuliah, Ziko justru kehilangan minat belajar, bukan karena masalah uang, sebab keluarga Ziko termasuk berada berkat peternakan kuda luas mereka.
Ziko merasa kesulitan memahami pelajaran di sekolah dan tidak menemukan mata pelajaran yang menarik hatinya, hingga ia memutuskan untuk mengambil jeda satu tahun untuk mencari jati diri.
Pagi itu, saat Ziko membantu ayahnya di peternakan, sang ayah, Tuan Simon, melihat kegundahan di mata putranya.
Tuan Simon, yang bijak, memahami perasaan Ziko dan tidak menganggapnya bodoh, melainkan melihat kedewasaan dalam diri anaknya.
Sang ayah kemudian memberikan sebuah tugas menarik kepada Ziko, menugaskannya untuk menemui tiga sahabatnya dan menanyakan bagaimana mereka mencapai kesuksesan.
Tuan Simon menuliskan tiga nama di selembar kertas, berpesan agar Ziko memperkenalkan diri sebagai anaknya, si “kaki emas,” dan mendengarkan kisah unik masing-masing sahabatnya.
Ziko, yang aktif dan suka berpetualang, merasa antusias dengan tugas ini, berharap mendapatkan jawaban atas kegundahannya.
Dengan menunggangi kuda kesayangannya, Ziko menuju rumah sahabat ayahnya yang pertama, Peter, seorang mantan atlet lari berprestasi yang dulunya berada di peringkat 38 dari 40 siswa di sekolah.
Tuan Peter menceritakan kisahnya, bagaimana ia hanya fokus pada olahraga lari, meskipun nilai akademiknya biasa saja.
Ia terus berlatih dan mengembangkan tekniknya selama bertahun-tahun hingga akhirnya meraih banyak kemenangan, membuktikan bahwa keahlian dalam satu bidang bisa membawa kesuksesan.
Kemudian, Ziko menemui sahabat ayahnya yang kedua, Paul, yang dulunya peringkat 39 dari 40 siswa dan kini menjadi pemilik jaringan restoran cepat saji terkenal.
Tuan Paul berbagi cerita tentang kecintaannya pada makanan dan memasak, yang membawanya untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuannya hingga sukses mendirikan restoran yang kini memiliki banyak cabang.
Terakhir, Ziko bertemu dengan Mark, sahabat ayahnya yang dulunya adalah siswa peringkat pertama di kelas.
Mark justru memberikan pelajaran yang berbeda, menekankan pentingnya fokus pada satu hal yang disukai dan menjadi ahli di bidang tersebut, daripada hanya mengetahui banyak hal secara dangkal.
Mark juga menjelaskan julukan “si kaki emas” yang dimiliki ayah Ziko, bukan karena prestasi, melainkan karena kaki ayahnya pernah patah saat berkuda dan dibalut perban berwarna emas.
Meskipun pernah menjadi siswa dengan peringkat terendah, ayah Ziko tidak pernah meninggalkan hobinya berkuda dan beternak kuda, hingga kini peternakannya berkembang pesat berkat ketekunan dan kerja kerasnya.
Ziko pulang dengan semangat baru, menyadari bahwa selama ini ia telah menekuni apa yang ia sukai, yaitu merawat dan menunggang kuda.
Kini, dengan kesadaran penuh, Ziko ingin fokus untuk menjadi ahli di bidang kuda dan peternakan, bahkan berencana untuk melanjutkan pendidikan yang relevan.
Dari kisah Ziko dan ketiga sahabat ayahnya, kita belajar bahwa untuk mencapai kesuksesan, lebih baik menjadi ahli dalam satu hal daripada sekadar mengetahui banyak hal.
Fokuslah pada satu atau dua hal yang benar-benar kamu kuasai dan tekuni hingga menjadi ahli untuk meraih hal-hal yang lebih besar dalam hidup. (Red)