Al-Ula Dulu ‘Kota Terkutuk’, Kini Jadi Destinasi Global Arab Saudi: Ada Apa di Balik Sejarah Kelamnya?

Meskipun pernah dikenal luas dengan julukan yang cukup kontroversial, yaitu “Kota Terkutuk,” Al-Ula pada masa kini justru menarik perhatian wisatawan (Foto: Youtube/Lembaran Dunia)

BERITATERBERITA – Al-Ula, sebuah kota yang kaya akan nilai sejarah di wilayah Arab Saudi, kini telah menjelma menjadi destinasi wisata terkemuka. Lokasinya berada di bagian utara kota suci Madinah.

Kota ini menyimpan sejarah panjang yang diwarnai berbagai peristiwa penting dalam catatan peradaban Islam.

Meskipun pernah dikenal luas dengan julukan yang cukup kontroversial, yaitu “Kota Terkutuk,” Al-Ula pada masa kini justru menarik perhatian wisatawan. Para pelancong dari seluruh penjuru dunia berdatangan untuk menjelajahi kota ini.

Julukan “Kota Terkutuk” yang disematkan pada Al-Ula memiliki akar sejarah yang mendalam. Julukan itu muncul karena kota tersebut di masa lalu pernah dihuni oleh kaum Ammon.

Kaum ini diyakini dihukum langsung oleh Tuhan setelah mereka mendustakan ajaran Nabi yang diutus kepada mereka.

Selain latar belakang sejarah yang berkaitan dengan kaum terdahulu, Kota Al-Ula juga dulunya merupakan pusat penting perdagangan. Kota ini berfungsi sebagai penghubung vital antara wilayah Arab, Mesir, dan India.

Pada masa kejayaan Dinasti Nabatean, Al-Ula menjadi tempat bermukim bagi masyarakat Nabatean. Hal ini terjadi setelah ibu kota mereka sebelumnya, Petra, jatuh ke tangan kekuasaan Romawi.

Hegra, Situs Warisan Dunia yang Mempesona

Salah satu daya tarik utama yang membuat Al-Ula begitu istimewa adalah keberadaan Situs Hegra. Situs arkeologi ini telah diakui dunia internasional.

Hegra secara resmi ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 2008. Lokasinya terletak di sebuah oasis yang asri di dalam wilayah Al-Ula.

Hegra di masa lampau merupakan ibu kota bagian selatan Kerajaan Nabatean. Situs ini juga dikenal sebagai konservasi terbesar peninggalan Nabatean yang berada di selatan Petra.

Situs ini menyimpan beragam peninggalan bersejarah. Peninggalan-peninggalan tersebut secara jelas menggambarkan kejayaan yang pernah dicapai di masa lalu.

Transformasi Menjadi Destinasi Global

Meskipun memiliki riwayat yang dinilai kontroversial, pemerintah Arab Saudi kini telah memfokuskan upaya. Upaya tersebut diarahkan pada pengembangan sektor pariwisata di wilayah Al-Ula.

Dengan kekayaan sejarah dan keindahan alamnya yang menawan, Al-Ula kini sukses menarik banyak wisatawan. Pengunjung datang ingin menjelajahi berbagai situs bersejarah yang tersebar di area ini.

Selain Situs Hegra yang sudah mendunia, Al-Ula juga memiliki berbagai situs arkeologi dan budaya lain yang tak kalah menarik. Hal ini menjadikan Al-Ula sebagai tempat yang wajib dikunjungi, terutama bagi para pencinta sejarah dan budaya.

Keindahan alam Al-Ula menambah daya tarik kota ini sebagai destinasi wisata. Pegunungan dan oasis yang indah menciptakan pemandangan yang mempesona.

Para pelancong yang ingin menikmati keindahan alam sambil memperdalam pengetahuan mengenai sejarah Arab Saudi dapat menjadikan Al-Ula sebagai tujuan utama.

Dengan statusnya sebagai situs warisan dunia. Serta sektor pariwisata yang terus menunjukkan pengembangan pesat.

Al-Ula kini menjadi simbol kemajuan dan inovasi pariwisata di Arab Saudi.

Al-Ula dalam Bingkai Visi 2030

Arab Saudi, dalam upayanya mewujudkan Visi 2030, menjalankan kebijakan strategis. Negara ini telah membuka kembali akses ke beberapa wilayah yang sebelumnya mungkin dianggap ‘terlarang’ atau dihindari.

Upaya ini memiliki tujuan ganda. Pertama, untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. Kedua, untuk mengurangi ketergantungan ekonomi negara pada sektor minyak.

Meskipun memiliki nilai arkeologis yang sangat tinggi dan sejarah yang kaya, wilayah Al-Ula memiliki riwayat yang kompleks. Termasuk dalam riwayat tersebut adalah cerita yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW menghindari wilayah tersebut.

Tindakan Nabi ini dijelaskan bukan karena kebencian, melainkan sebagai pelajaran penting bagi umatnya. Hal ini berkaitan dengan sejarah kehancuran yang menimpa penduduk kota-kota tersebut.

Kehancuran tersebut terjadi akibat azab Allah SWT atas dosa-dosa dan keingkaran para penduduknya di masa lalu. Namun, pemerintah Arab Saudi saat ini memilih untuk memfokuskan perhatian.

Fokus tersebut diarahkan pada aspek sejarah dan arkeologi wilayah ini. Tujuannya jelas, untuk menarik minat wisatawan internasional.

Kebijakan membuka akses ini diharapkan dapat menarik investasi asing masuk ke Arab Saudi. Sekaligus, mempromosikan warisan budaya Arab Saudi ke seluruh dunia.

Mada’in Saleh, Nama Lain Hegra Penuh Sejarah

Mada’in Saleh, yang juga dikenal sebagai Hegra, merupakan nama kuno untuk kota yang terletak di Provinsi Al Ula, Arab Saudi. Situs ini menyimpan reruntuhan bangunan peninggalan peradaban Nabatea yang luar biasa.

Di situs ini terdapat makam-makam yang diukir dengan sangat detail di tebing-tebing batu pasir. Meskipun memiliki nilai arkeologis yang sangat tinggi, kota ini menyimpan sejarah yang penuh kontroversi.

Ada riwayat kuat yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW memilih untuk menghindari wilayah ini. Namun, pemerintah Arab Saudi dalam upaya pengembangannya sebagai destinasi wisata memilih fokus.

Fokus tersebut diarahkan pada aspek sejarah dan arkeologi Mada’in Saleh. Mereka menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai daya tarik utama.

Pengembangan infrastruktur pariwisata di sekitar Mada’in Saleh saat ini sedang dijalankan dengan masif. Pembangunan meliputi hotel-hotel baru.

Juga pembangunan museum modern. Fasilitas-fasilitas ini disiapkan untuk memberikan pengalaman wisata yang lebih nyaman dan informatif bagi setiap pengunjung.

Pemerintah Arab Saudi juga berinvestasi besar dalam pelestarian situs-situs bersejarah ini. Upaya pelestarian dilakukan guna memastikan bahwa pengembangan pariwisata tidak mengorbankan nilai sejarah dan arkeologisnya yang tak ternilai.

Pembukaan kembali Mada’in Saleh merupakan bagian integral dari visi besar Arab Saudi 2030. Visi ini secara jelas bertujuan untuk mendiversifikasi fondasi ekonomi negara.

Serta mengurangi ketergantungan yang kuat pada sektor minyak. Pariwisata dianggap sebagai sektor kunci dalam rencana ini.

Situs-situs bersejarah seperti Mada’in Saleh diharapkan dapat menarik wisatawan internasional dalam jumlah besar.

Namun, proses pembukaan kembali wilayah ini juga memicu berbagai diskusi dan perdebatan di tengah masyarakat. Ada kekhawatiran mengenai potensi dampak negatif yang mungkin timbul.

Dampak tersebut bisa saja terjadi terhadap lingkungan sekitar dan budaya lokal. Pemerintah Arab Saudi perlu memastikan.

Bahwa pengembangan pariwisata dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Ini penting untuk melindungi warisan budaya sambil tetap mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menurut catatan sejarah, Madain Saleh, atau Al-Ula, dulunya dihuni oleh kaum Tsamud. Kota ini dihindari oleh Nabi Muhammad SAW.

Ini berfungsi sebagai peringatan akan azab Allah SWT. Azab tersebut menimpa kaum Tsamud karena sikap kesombongan dan keingkaran mereka terhadap ajaran Tuhan.

Kota Lain dengan Riwayat Kompleks

Selain Mada’in Saleh, terdapat beberapa kota lain di Arab Saudi yang memiliki riwayat kompleks. Kota-kota ini sempat dihindari di masa lalu.

Meskipun tidak secara resmi ‘terlarang’ statusnya, kota-kota ini memiliki sejarah yang rumit. Riwayat mereka seringkali terkait dengan konflik atau peristiwa bersejarah yang penting.

Di antaranya adalah Mekkah. Sebelum penaklukan kota tersebut, Mekkah sempat menjadi simbol penentangan terhadap dakwah Islam yang dibawa Nabi.

Namun, setelah berhasil ditaklukkan, Nabi menunjukkan sikap pemaaf. Beliau memaafkan sebagian besar penduduk Mekkah.

Hal ini menunjukkan bahwa sikap Nabi Muhammad SAW tidak statis. Sikap beliau selalu bergantung pada konteks situasi yang dihadapi.

Ada pula kota Ta’if. Kota ini menunjukkan penolakan yang sangat keras terhadap dakwah Nabi.

Peristiwa di Ta’if menjadi contoh nyata bagaimana penolakan terhadap kebenaran. Penolakan tersebut dapat berujung pada penderitaan bagi yang menolak.

Sementara itu, Khaybar memiliki riwayat yang berbeda. Meskipun terjadi konflik, peristiwa di Khaybar tetap berada dalam konteks peperangan dan pertahanan diri. (Red)

Rekomendasi