
BERITATERBERITA – Industri telekomunikasi di Indonesia tengah mengalami transformasi besar-besaran, seiring dengan perkembangan pesat teknologi seperti 5G, IoT (Internet of Things), Big Data, dan AI (Kecerdasan Buatan).
Di tengah gelombang perubahan ini, sebuah tren menarik belakangan semakin terlihat.
Eksekutif asal India mulai mendominasi posisi puncak kepemimpinan di perusahaan-perusahaan telekomunikasi terkemuka di Tanah Air.
Fenomena ini menunjukkan pergeseran kepemimpinan dalam sektor strategis ini.
Keberhasilan sejumlah eksekutif asal India dalam meniti karir hingga menduduki posisi penting di Indonesia, sejalan dengan tren global yang telah terjadi di berbagai sektor.
Khususnya di dunia industri teknologi dan korporat secara luas.
Sebut saja nama-nama besar seperti Sundar Pichai yang saat ini menjabat sebagai CEO Alphabet, induk perusahaan yang membawahi Google.
Kemudian, ada CEO Microsoft, Satya Nadella, yang juga memiliki keturunan Amerika dan India.
Nama-nama lain yang tak kalah mentereng antara lain CEO Adobe Shantanu Narayen, CEO YouTube Neal Mohan, CEO IBM Arvind Krishna, CEO Palo Alto Network Nikesh Arora, CEO Motorola Mobility Sanjay Jha.
Juga ada CEO NetApp George Kurian, CEO Arista Networks Jayshree Ullal, CEO Micron Technology Sanjay Mehrota, CEO Honeywell Vimal Kapur, CEO Flex Revathi Advaithi, dan CEO Cognizant Ravi Kumar.
Daftar panjang ini menunjukkan betapa eksekutif berdarah India telah membuktikan kapabilitas kepemimpinan mereka di panggung dunia.
Bukan sebuah kebetulan semata jika dalam beberapa dekade terakhir, banyak eksekutif asal India yang berhasil meraih kesuksesan gemilang di berbagai bidang.
Terutama di dunia korporat internasional. Berbagai faktor pendukung diidentifikasi menjadi kunci kesuksesan mereka.
Antara lain, pendidikan berkualitas yang mereka tempuh.
Selain itu, ketekunan dan etos kerja yang tinggi.
Kemampuan berbahasa Inggris yang mumpuni juga menjadi modal penting dalam berkarir di lingkungan global.
Ditambah lagi, budaya yang menjunjung tinggi kerja keras telah membentuk karakter para eksekutif ini.
Mereka juga dikenal memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, yang membantu mereka untuk tetap survive, bahkan di lingkungan kerja yang penuh dengan tekanan dan persaingan ketat.
Dengan latar belakang dan faktor pendukung tersebut, tidak heran jika eksekutif berdarah India kini juga dipercaya menjadi nahkoda di perusahaan-perusahaan telekomunikasi terdepan di Indonesia.
Mereka membawa pengalaman global dan keahlian yang dibutuhkan untuk memimpin di era transformasi digital.
Berikut adalah beberapa sosok eksekutif asal India yang kini memegang peranan penting di panggung industri telekomunikasi Indonesia.
Transformasi Digital dan Munculnya Pemimpin Baru
Seiring dengan transformasi teknologi seperti 5G, IoT (Internet of Things), Big Data, dan AI (Kecerdasan Buatan), industri telekomunikasi di Indonesia menghadapi tantangan dan peluang baru.
Di tengah dinamika ini, muncul fenomena menarik: eksekutif asal India mulai mendominasi posisi puncak industri telekomunikasi di Indonesia.
Keberhasilan sejumlah eksekutif asal India berkarir di Indonesia, sejalan dengan tren yang terjadi di dunia.
Banyak eksekutif India memimpin perusahaan teknologi global.
Sebut saja Sundar Pichai (CEO Alphabet), Satya Nadella (CEO Microsoft), CEO Adobe Shantanu Narayen, CEO YouTube Neal Mohan, CEO IBM Arvind Krishna, CEO Palo Alto Network Nikesh Arora, CEO Motorola Mobility Sanjay Jha, CEO NetApp George Kurian, CEO Arista Networks Jayshree Ullal, CEO Micron Technology Sanjay Mehrota, CEO Honeywell Vimal Kapur, CEO Flex Revathi Advaithi, dan CEO Cognizant Ravi Kumar.
Mengapa Eksekutif India Bersinar di Industri Global?
Bukan sebuah kebetulan jika dalam beberapa dekade terakhir, banyak eksekutif India meraih kesuksesan di berbagai bidang, terutama di dunia korporat global.
Berbagai faktor mendukung keberhasilan mereka.
Antara lain adalah pendidikan berkualitas yang mereka tempuh.
Selain itu, ketekunan, kemampuan berbahasa Inggris yang baik, dan budaya yang menjunjung tinggi kerja keras juga menjadi kunci.
Mereka juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, yang membantu untuk tetap survive, meski penuh dengan tekanan dan persaingan global.
Kemampuan-kemampuan ini membuat mereka diminati oleh perusahaan-perusahaan multinasional.
Vikram Sinha: Nahkoda Indosat Ooredoo Hutchison (IOH)
Salah satu sosok eksekutif India yang paling menonjol di industri telekomunikasi Indonesia adalah Vikram Sinha.
Vikram Sinha diangkat sebagai Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH).
Penunjukkannya disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 Desember 2021.
Vikram adalah sosok veteran yang telah kenyang dengan asam garam industri telekomunikasi global.
Sebelum bergabung dengan Grup Ooredoo, Vikram menghabiskan waktu sekitar 10 tahun bersama perusahaan telekomunikasi besar Bharti Airtel di India dan Afrika.
Setelah pindah ke Grup Ooredoo, ia menduduki posisi Chief Executive Officer Ooredoo Maladewa pada tahun 2017 dan kemudian pindah ke Myanmar pada tahun 2018 dengan posisi yang sama.
Kinerjanya yang cemerlang membuat grup telekomunikasi asal Qatar itu, memindahkannya ke Indonesia pada tahun 2019.
Di Indonesia, ia menduduki kursi Direktur & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo.
Di Indonesia, Vikram bahu membahu dengan Ahmad Al-Neama, CEO Indosat Ooredoo saat itu, memperbaiki kinerja perusahaan yang sempat kedodoran atau menurun.
Vikram menilai Indosat Ooredoo merupakan brand yang sangat kuat di Indonesia, memiliki potensi besar.
Ia menilai ada kesalahan strategi di masa lalu yang berimplikasi pada Indosat Ooredoo kehilangan 25% dari nilainya pada tahun 2018.
Strategi Vikram Sinha Mengembalikan Kejayaan Indosat
Kendati dihadapkan pada situasi yang sulit saat pertama kali tiba di Indonesia, faktanya Vikram ditugaskan secara khusus untuk membalikkan keadaan.
Ia menerapkan beberapa strategi penting yang fokus pada perbaikan fundamental perusahaan.
Pertama, menginvestasikan hampir US$2 miliar ke dalam jangkauan jaringan, terutama pada teknologi 4G, untuk meningkatkan kualitas layanan.
Kedua, mendorong Indosat Ooredoo menjadi merek paling tepercaya di pasar, membangun kembali kepercayaan pelanggan.
Dan yang tidak kalah penting ialah bagaimana kepercayaan Vikram terhadap reputasi perusahaannya, karena Indosat Ooredoo sudah berusia puluhan tahun dan sangat kuat mengakar di Indonesia, berikut warisan berharga yang ada di dalamnya.
Dua tahun setelah ia bertugas sebagai COO, ia didapuk sebagai CEO IOH.
Penunjukkannya ini sejalan dengan rampungnya proses merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia pada tahun 2021.
Kinerja Moncer IOH di Bawah Kepemimpinan Vikram Sinha
Menjadi orang nomor satu di IOH, Vikram betul-betul membuktikan ‘tangan dinginnya’ dalam memimpin sebuah entitas telekomunikasi besar hasil merger.
Jebolan Bangalore University India itu, memahami betul bagaimana harus membuat Indosat berlari kencang.
Ia menempatkan kepuasan pelanggan sebagai tolok ukur utama keberhasilan perusahaan.
Alhasil, kinerja Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) semakin moncer dan menunjukkan pertumbuhan positif.
Tengok saja laporan kinerja sepanjang tahun 2024.
Perusahaan yang bermarkas di Medan Merdeka Barat itu, membukukan pendapatan tumbuh 9,1% secara tahunan (Year-on-Year) menjadi menjadi Rp55.886 triliun.
Sementara laba periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga menunjukkan pertumbuhan yang sehat.
Laba mencapai sebesar Rp4,91 triliun atau tumbuh 9% secara tahunan.
Visi AI-Native IOH di Era Digital
Sebagai upaya untuk terus mendorong pertumbuhan dan relevansi perusahaan di masa depan, Vikram Sinha memiliki tekad besar.
Ia bertekad membawa IOH bertransformasi menjadi sebuah AI Native TechCo.
Ini adalah perusahaan teknologi yang secara inheren berbasis AI.
Fokus utama dari transformasi ini adalah untuk mengintegrasikan AI ke dalam seluruh aspek operasional dan layanan perusahaan, sejak melakukan merger pada tahun 2022.
Setelah berhasil melewati fase integrasi pasca merger, sebagai CEO Vikram mengukuhkan visi besar IOH terkait AI.
Visi ini dikenal dengan nama AI North Star yang memiliki tiga pilar utama sebagai panduan.
Pertama, Indosat ingin menjadi perusahaan yang AI-native, artinya memastikan AI benar-benar tertanam kuat dalam organisasi dan budaya kerja Indosat.
Kedua, pilar AI-native tech.
Bagaimana Indosat fokus pada pengembangan teknologi yang berbasis AI, cloud, keamanan siber, dan pemanfaatan data yang menghasilkan wawasan yang bermakna bagi bisnis dan pelanggan.
Sedangkan pilar ketiga adalah nation shaper.
Bagaimana Indosat, sebagai merek ikonik berusia 58 tahun yang pertama kali menghubungkan Indonesia ke dunia melalui satelit, bisa berkontribusi aktif dalam mempercepat adopsi AI di tanah air dan membentuk masa depan digital Indonesia.
Krishna Patil: Pimpinan Ericsson Indonesia
Sosok eksekutif India lainnya yang memegang peran penting adalah Krishna Patil.
Pada Oktober 2023, Ericsson Indonesia, vendor telekokumikasi global asal Swedia, melakukan pergantian pucuk pimpinan.
Mereka mendaulat Krisna Pathil sebagai Presiden Direktur yang baru.
Krisna menggantikan peran Jerry Soper yang telah menyelesaikan masa tugasnya satu bulan sebelum penunjukkannya.
Krisna memiliki pengalaman panjang di industri telekomunikasi global.
Karirnya merentang lebih dari 30 tahun, termasuk jabatan kepemimpinan eksekutif di Ericsson India.
Sebelum menduduki pos barunya di Indonesia, Krishna adalah Vice President & Head of Global Customer Unit Bharti dan Head of India Service Providers, Nepal & Bhutan di Ericsson, dengan tanggung jawab yang sangat luas.
Selama 12 bulan terakhir sebelum penunjukkannya di Indonesia, ia telah mengawasi peluncuran 5G yang sangat cepat di India untuk operator besar Bharti Airtel, sebuah pengalaman berharga di pasar yang dinamis.
Dalam jabatan barunya di Indonesia, Krishna tetap menjadi bagian dari tim kepemimpinan eksekutif regional Ericsson Asia Tenggara, Oseania, dan India, menunjukkan peran strategis Indonesia dalam struktur regional Ericsson.
Krisna bergabung dengan Ericsson pada tahun 2004.
Sebelumnya, ia merupakan eksekutif di Lucent Technologies yang bertanggung jawab untuk wilayah Asia-Pasifik dan berbasis di Singapura.
Bagi Khrisna, Indonesia bukanlah negara yang asing baginya.
Karena selama bergabung dengan Lucent, ia pernah menghabiskan waktu selama dua tahun di Indonesia untuk membangun dan memimpin organisasi operasi jaringan perusahaan.
Pengalaman Krishna yang luas telah membekalinya dengan pemahaman yang mendalam mengenai industri telekomunikasi.
Pemahaman ini dilengkapi dengan perspektif global dan regional yang kuat, menjadikannya aset tak ternilai untuk peran dan tanggung jawab barunya di Indonesia.
Dalam hal pendidikan, Krishna meraih gelar di bidang Teknik Elektronik & Komunikasi dari Universitas Karnataka.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dengan menyelesaikan Program Sertifikasi Pascasarjana di bidang Manajemen Bisnis dari XLRI, Jamshedpur, salah satu institusi terkemuka di India.
Ericsson dan Komitmen untuk Konektivitas Indonesia
Di bawah kepemimpinan Krishna Patil, Ericsson di Indonesia terus menunjukkan komitmennya.
Ericsson telah hadir di Indonesia selama 116 tahun, menjadikannya salah satu perusahaan telekomunikasi tertua di sini.
Mereka dikenal sebagai yang terdepan dalam menyediakan konektivitas dan memelopori teknologi mobile generasi baru di Indonesia, mulai dari era 2G, 3G, 4G, dan sekarang 5G.
Menurut Krishna, Ericsson berkomitmen kuat untuk mendukung masyarakat Indonesia dalam menikmati manfaat penuh dari konektivitas yang canggih.
Sejak awal perusahaan beroperasi di Indonesia, sudah menaruh komitmen kuat untuk terus membantu Indonesia untuk lebih maju di bidang teknologi.
Apalagi, kata dia, Ericsson sudah banyak berinvestasi di Indonesia.
Investasi ini akan terus berlanjut di masa depan.
Krishna juga mengungkap pihaknya siap untuk terus bekerja sama dengan pemerintah untuk mendukung transformasi digital di berbagai sektor.
“Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah, kami akan terus bekerja sama dengan industri, dan mencoba mengembangkan solusi yang lebih inovatif dan menerapkannya, serta kami akan terus bekerja sama dengan semua penyedia layanan di Indonesia,” ujarnya dalam satu kesempatan, menegaskan kolaborasi multi-pihak yang akan dijalankan Ericsson.
Salah satu komitmen tersebut tercermin dengan dukungan Ericsson Indonesia dalam pendirian 5G Innovation Center.
Berkolaborasi dengan Pusat Industri Digital 4.0 (PIDI 4.0), 5G Innovation Center bertujuan untuk mempercepat transformasi digital dan mendorong pertumbuhan ekonomi Nasional.
Rajeev Sethi: Nahkoda Entitas Baru XLSmart Pasca Merger
Perubahan besar juga terjadi di industri telekomunikasi Indonesia dengan terbentuknya entitas baru, XLSmart.
Setelah melalui proses yang cukup panjang, pada 25 Maret 2025, dua induk perusahaan besar, masing-masing XL Group (pemilik XL Axiata) dan Sinar Mas (pemilik Smartfren), sepakat membentuk XLSmart.
Ini adalah entitas baru yang menggabungkan unit telekomunikasi mereka di Indonesia.
Kepastian merger kedua operator selular itu, disampaikan setelah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) masing-masing entitas diselenggarakan secara terpisah.
Kedua perusahaan juga sepakat menunjuk Rajeev Sethi sebagai sebagai Presiden Direktur dan CEO dari entitas baru ini.
Sethi, yang juga berdarah India, sebelumnya adalah CEO Robi Axiata Bangladesh, salah satu operator besar di Asia Selatan.
Sethi bergabung dengan Robi pada tahun 2022 setelah sebelumnya memimpin operasi Ooredoo di Myanmar sejak tahun 2019.
Pasca persetujuan dari dari regulator terkait, yakni Bursa Efek Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), XLSmart secara resmi beroperasi pada tanggal 16 April 2025.
Merger ini merupakan salah satu transaksi terbesar di industri telekomunikasi Indonesia, senilai lebih dari Rp104 triliun.
Dalam merger ini, XLSmart akan menjadi perusahaan telekomunikasi dengan basis pelanggan yang sangat besar.
Total pelanggan yang dikelola sebanyak 94,5 juta pelanggan.
Jumlah ini merupakan gabungan dari pelanggan XL Axiata sebanyak 58,8 juta pelanggan dan pelanggan Smartfren sebanyak 35,5 juta pelanggan.
Dengan skala ini, XLSmart diproyeksikan akan mendapatkan pendapatan proforma sebesar Rp45,8 triliun dan memiliki pangsa pasar gabungan sekitar 25 persen, menjadikannya pemain kunci di industri.
Visi Rajeev Sethi untuk XLSmart: Tingkatkan Pengalaman Pelanggan
Menurut Rajeev Sethi, merger antara XL Axiata dan Smartfren akan menciptakan perusahaan telekomunikasi yang lebih kompetitif dan inovatif di pasar Indonesia.
Dengan kekuatan gabungan, XLSmart memiliki potensi besar.
XLSmart juga akan memperluas jangkauan jaringan dan meningkatkan pengalaman pelanggan secara signifikan.
“Dengan menggabungkan keunggulan XL Axiata dan Smartfren, kami berkomitmen meningkatkan pengalaman pelanggan, memperluas jaringan dan membawa layanan digital lebih berkualitas bagi masyarakat,” kata Rajeev, menyampaikan visinya untuk XLSmart yang berfokus pada pelanggan dan kualitas layanan digital.
Jejak Rekam Rajeev Sethi di Industri Telekomunikasi Global
Untuk diketahui, Rajeev Sethi bukanlah sosok baru di industri telekomunikasi.
Beliau merupakan jebolan London Business School, salah satu sekolah bisnis terkemuka di dunia.
Ia tercatat sudah puluhan tahun menggeluti industri telekomunikasi di berbagai negara dan memegang posisi strategis.
Seperti halnya Vikram Sinha dan Krishna Patil, Rajeev Sethi memiliki pengalaman luas dalam memimpin perusahaan besar di berbagai negara.
Termasuk memimpin Robi Axiata, Ooredoo Myanmar, Grameenphone (Bangladesh), dan Airtel Africa.
Selama masa kepemimpinannya, Rajeev sukses mendorong pertumbuhan pendapatan dan ekspansi strategis di pasar yang penuh tantangan, menunjukkan kemampuan manajerialnya yang handal.
Salah satu pencapaian gemilangnya adalah saat menjabat sebagai Managing Director & CEO di Robi Axiata.
Robi Axiata merupakan anak perusahaan Axiata dan merupakan operator telekomunikasi terbesar di Bangladesh.
Di bawah kepemimpinannya, Robi Axiata mencatatkan laba tertinggi sepanjang sejarah perusahaan pada tahun 2024, mencapai TK 703 crore (sekitar IDR 94,3 triliun).
Ini merupakan peningkatan laba yang sangat signifikan, meningkat 119% dari tahun sebelumnya.
Tak hanya di Asia, jejak rekamnya juga ada di Afrika.
Ketika memimpin Airtel Africa, Sethi mengelola operasi perusahaan di 15 negara dengan total pendapatan mencapai USD2,5 miliar per tahun, menunjukkan kemampuannya mengelola operasi multinasional.
Sementara itu, saat berada di Ooredoo Myanmar, ia berhasil memperluas jaringan perusahaan secara signifikan, menjadikannya penyedia layanan dengan pertumbuhan tercepat di negara tersebut pada masanya.
Tantangan dan Kontribusi dalam Transformasi Digital Indonesia
Kini, Rajeev Sethi mendapatkan kepercayaan baru yang sangat besar, yaitu mengelola entitas baru hasil merger, XLSmart.
Ia ditantang untuk membuktikan ‘tangan dinginnya’ sekali lagi.
Tujuannya adalah menjadikan XLSmart mampu bersaing secara ketat dengan dua operator besar lainnya di Indonesia, yaitu Telkomsel dan IOH.
Kemampuannya dalam mengelola merger dan integrasi kompleks, seperti yang pernah ia lakukan di Bangladesh, menjadi nilai tambah yang signifikan bagi XLSmart.
Pengalaman ini sangat penting dalam mempercepat transformasi digital yang kelak diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi perusahaan itu sendiri, dunia usaha khususnya industri telekomunikasi, dan yang terpenting, masyarakat Indonesia secara luas.
Itulah tiga sosok utama pria berdarah India yang kini menduduki posisi puncak di panggung industri telekomunikasi Indonesia.
Industri yang kini tengah gencar bertransformasi di era digital.
Di luar ketiga nama besar tersebut, terdapat beberapa pria asal India lainnya yang juga dipercaya menjadi eksekutif dan direktur penting di perusahaan telekomunikasi di Indonesia.
Seperti Rittesh Kumar yang kini menjabat sebagai Director & Chief Commercial Officer di IOH.
Juga ada nama Shurish Subramaniam yang didaulat sebagai CTO (Chief Technology Officer) XLSmart. (Red)