
BERITATERBERITA – Sebuah catatan lama dari seorang aktivis legendaris Indonesia, Suhokgi, kembali mencuat dan memberikan perspektif menarik tentang sosok Prabowo Subianto di masa mudanya.
Seperti dilansir dari akun youtube kanal Ferry Irwan dalam sesi judul ‘Catatan Demonstran Untuk Prabowo Subianto’ yang mengatakan dalam bukunya yang monumental, “Catatan Seorang Demonstran,” Suhokgi merekam jejak pemikirannya, pengamatannya terhadap berbagai tokoh, dan kondisi sosial politik Indonesia pada zamannya.
Salah satu tokoh yang kerap kali disebut dalam catatan tersebut, terutama pada tahun-tahun terakhir hidup Suhokgi, adalah Prabowo Subianto, yang kala itu akrab dipanggil Bowo Wibowo.
Pandangan Suhokgi terhadap Prabowo di masa itu cukup unik.
Ia melihat Prabowo sebagai seorang pemuda yang naif, namun di sisi lain juga pintar dan cepat dalam menangkap situasi. Suhokgi melihat adanya potensi besar dalam diri Prabowo untuk melakukan hal-hal yang lebih signifikan bagi bangsa dan negara.
Ketertarikan Suhokgi semakin kuat ketika Prabowo mendirikan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di usia yang relatif muda.
Langkah Prabowo mendirikan LSM tersebut menunjukkan adanya empati yang besar terhadap masyarakat kecil, terutama masyarakat di pedesaan.
Prabowo memiliki visi untuk memberdayakan masyarakat pedesaan agar bisa mandiri, produktif, dan mampu mengelola sumber daya mereka sendiri, baik di bidang pertanian maupun peternakan.
Visi inilah yang kemudian menarik Suhokgi untuk bergabung dengan LSM yang didirikan oleh Prabowo Subianto.
Namun, seiring berjalannya waktu, tepatnya di pertengahan tahun 1990-an, Suhokgi dan Prabowo memilih jalan yang berbeda.
Suhokgi mulai sering melontarkan kritik terhadap ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo, yang kala itu merupakan tokoh penting dalam pemerintahan.
Meskipun cara berpikir dan pandangan mereka mulai berbeda, hubungan pertemanan antara Suhokgi dan Prabowo tetap terjalin erat.
Hal ini tercatat dengan jelas dalam “Catatan Seorang Demonstran.”
Keakraban pertemanan ini bahkan berlanjut hingga akhir hayat Suhokgi.
Saat ditemukan meninggal dunia di Gunung Semeru, Suhokgi masih mengenakan sepatu yang dipinjam dari Prabowo Subianto, sahabat sekaligus sosok yang dianggap sebagai adik kecil dan “menti”-nya.
Pada hari Suhokgi mendaki gunung tersebut, Prabowo dikabarkan memiliki firasat buruk dalam mimpinya, mendengar Suhokgi memanggil-manggil namanya.
Seketika terbangun, Prabowo langsung mencari kabar tentang Suhokgi.
Kisah persahabatan antara Suhokgi dan Prabowo ini memberikan gambaran yang menarik tentang dinamika hubungan antar tokoh di masa lalu.