
Potensi pendapatan dari sumber daya alam Greenland memang sangat menjanjikan. Pulau ini diyakini memiliki cadangan mineral berharga seperti seng, timah, besi, dan uranium. Selain itu, terdapat juga potensi besar untuk minyak dan gas alam di lepas pantai Greenland.
Eksploitasi sumber daya ini dapat menghasilkan pendapatan miliaran dollar Amerika Serikat setiap tahunnya, yang tentu akan memberikan dampak positif bagi perekonomian Amerika Serikat. Jika dikonversikan dengan kurs saat ini (sekitar 16.000 Rupiah per 1 dollar Amerika Serikat), potensi pendapatan ini bisa mencapai triliunan Rupiah.
Namun, rencana Amerika Serikat untuk mengakuisisi Greenland tidak berjalan mulus. Pemerintah Denmark dan rakyat Greenland sendiri secara tegas menolak gagasan tersebut.
Mereka bersikeras bahwa Greenland adalah wilayah otonom Denmark dan memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Penolakan ini menjadi tantangan besar bagi Amerika Serikat, yang mungkin perlu mencari cara lain untuk meningkatkan pengaruhnya di kawasan Arktik tanpa harus mengambil alih kedaulatan Greenland.
Meskipun demikian, ketertarikan Amerika Serikat pada Greenland menunjukkan betapa pentingnya kawasan Arktik dalam peta geopolitik global saat ini.
Dengan mencairnya es di Kutub Utara akibat perubahan iklim, jalur pelayaran baru terbuka, dan potensi sumber daya alam di kawasan ini semakin mudah diakses. Hal ini memicu persaingan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China untuk memperebutkan pengaruh dan sumber daya di Arktik.
Keterlibatan Rusia dan China di Arktik menjadi salah satu alasan yang dikemukakan oleh Amerika Serikat untuk membenarkan kepentingannya di Greenland.
Amerika Serikat khawatir bahwa Rusia dan China akan semakin memperluas pengaruh mereka di kawasan ini, yang dapat mengancam kepentingan keamanan dan ekonomi Amerika Serikat. Oleh karena itu, Amerika Serikat berupaya untuk memperkuat posisinya di Arktik, salah satunya dengan mempertimbangkan akuisisi Greenland. (Red)
Sumber: gzeromedia