
Sedangkan terkait puasa Asyura, Buya Yahya menjelaskan adanya pelajaran besar dari para sahabat Nabi.
Ketika Nabi berpuasa pada hari Asyura, para sahabat bertanya karena orang Yahudi di Madinah juga berpuasa pada hari yang sama.
Para sahabat merasa tidak nyaman jika ibadah mereka sama persis dengan umat Yahudi.
Sunnah Puasa Tasua dan Berbeda dengan Tradisi Yahudi
Menanggapi kegelisahan para sahabat, Rasulullah SAW memberikan solusi dengan bersabda bahwa jika beliau masih hidup di tahun depan, beliau akan berpuasa juga pada tanggal 9 Muharram (Tasua) untuk berbeda dengan orang Yahudi.
Oleh karena itu, dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, atau tanggal 10 dan 11 Muharram, untuk menghindari persamaan dengan puasa umat Yahudi.
Buya Yahya juga menyinggung penetapan kalender Hijriah oleh Sayyidina Umar bin Khattab RA yang dilakukan pada bulan Muharram.
Hal ini juga merupakan salah satu bentuk perbedaan umat Islam dengan tradisi kalender lainnya. Beliau menekankan pentingnya memiliki ciri khas sebagai umat Islam, termasuk dalam hal ibadah dan penanggalan.
Di akhir ceramahnya, Buya Yahya mengajak seluruh umat Islam untuk memanfaatkan bulan Muharram dengan memperbanyak amalan-amalan mulia seperti berpuasa dan berbuat baik kepada keluarga serta sesama.
Beliau berharap Allah SWT memudahkan umat Islam untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkan dan mengumpulkan kita semua dalam kebaikan di dunia hingga kelak di surga bersama Baginda Nabi Muhammad SAW. (DHET)