
BERITATERBERITA – Sebuah laporan intelijen genting diterima Kapten CPM Korps Polisi Militer Dahlan pada Mei 1962.
Informasi tersebut menyebutkan adanya rencana pembunuhan terhadap Presiden Soekarno saat pelaksanaan salat Idul Adha.
Kabar ini sontak membuat Kapten Dahlan bergerak cepat menemui Komandan Pengawal Istana Presiden, Komisaris Polisi Mangil Martowijoyo.
Pertemuan tersebut menjadi awal dari perencanaan pengamanan super ketat untuk melindungi sang proklamator.
Komisaris Mangil, sebagaimana diceritakan dalam buku “Kesaksian tentang Bung Karno sampai 1967,” langsung menginstruksikan seluruh anggotanya, baik yang berpakaian seragam maupun preman, untuk membentuk pagar hidup di sekitar Bung Karno.
Mereka diperintahkan melindungi presiden dengan tubuh mereka sendiri sebagai perisai.
Tanggal 14 Mei 1962, hari pelaksanaan salat Idul Adha tiba.
Halaman Istana Merdeka dipenuhi jemaah.
Komandan Pengawal Presiden Mangil telah menyusun strategi pengamanan dengan menempatkan anggota berseragam di enam barisan jemaah salat.
Setiap barisan salat dijaga oleh dua prajurit bersenjata AR-15.
Sementara itu, prajurit berpakaian preman berada di barisan belakang Soekarno dengan formasi zigzag.
Mangil sendiri bersama wakilnya, Sudio, berdiri tepat di hadapan Bung Karno, menghadap ke arah jemaah yang sedang melaksanakan ibadah.