
Meskipun beberapa pihak meragukan angka-angka tersebut, pertanyaan juga muncul mengenai biaya pemberhentian pegawai dalam jumlah besar dan berapa banyak kompensasi yang harus dibayarkan pemerintah kepada para pegawai yang diberhentikan.
Di tengah kontroversi ini, laporan dari media Politico dan media Amerika Serikat lainnya mengindikasikan bahwa masa jabatan Musk sebagai penasihat khusus telah berakhir.
Trump dikabarkan telah memberi tahu para pembantu utamanya bahwa Musk akan segera meninggalkan Gedung Putih.
Meskipun ketidakpuasan terhadap Musk sudah tumbuh di kalangan Gedung Putih dan Partai Republik sejak lama, belum jelas faktor pasti yang membuat Trump mengambil keputusan ini.
Hasil survei dan sejumlah pertemuan balai kota yang penuh amarah dengan para konstituen menunjukkan bahwa bahkan para pendukung Trump yang masih menyukainya sudah muak dengan Musk.
Menurut persyaratan awal, Musk seharusnya hanya menjabat sebagai pegawai khusus selama 130 hari.
Trump sendiri sempat mengisyaratkan kepergian Musk pada pekan ini.
“Dia punya perusahaan besar untuk dijalankan. Pada suatu saat, dia akan kembali. Dia ingin melakukannya,” kata Presiden Trump pada hari Selasa, 1 April 2025.
Kekalahan kandidat dari Partai Republik dalam pemilihan Mahkamah Agung Wisconsin baru-baru ini, di mana Musk menyumbangkan dana sebesar Rp 320 miliar, tampaknya semakin mengurangi dukungan Trump terhadap Musk.
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan, “Elon Musk dan Presiden Trump telah sama-sama menyatakan kepada publik bahwa Elon akan mengakhiri pengabdiannya sebagai pegawai khusus pemerintah setelah pekerjaannya yang luar biasa di Doge selesai.”
Kini, Musk akan kembali fokus pada Tesla, perusahaan mobil listriknya yang sahamnya mengalami penurunan dan dealer-dealernya di seluruh Amerika Serikat dan dunia menjadi sasaran protes keras atas tindakan pemerintahan Trump. (Red)